1. Pengertian
Kepribadian (personality)
merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian
atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Adapun
kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata
personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti
topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
Di sini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan
dirinya sesuai dengan topeng yang digunakan (Syamsu & Juntika, 2011).
Dalam kehidupan sehari-hari, kata
kepribadian digunakan untuk menggambarkan identitas diri, jati diri seseorang,
seperti “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang yang pendiam”, kesan
umum sesorang tentang diri anda atau orang lain, seperti “Dia agresif” atau
“Dia jujur” dan fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seprti
“Dia baik” atau “Dia pendendam” (Syamsu & Juntika, 2011).
2. Macam-Macam
Teori Kepribadian
Teori kepribadian menurut Sigmund Freud
Frued membagi struktur ke dalam tiga
komponen yaitu, id, ego, dan, superego. Perilaku seseorang merupakan hasil
interaksi antara komponen tersebut. Id merupakan komponen kepribadian yang
primitf, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim
tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure
principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Prinsip kesenangan
merujuk kepada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan-dorongan
biologis tersebut. Ego merupakan eksekutif atau manejer dari kepribadian yang
membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang
akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sebagai sistem kepribadian yang
terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas (reality
principle). Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait
dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Super ego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama
dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh
masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan
tujuan-tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection)
;div
style="text-align: justify;">
Tabel 1 Karakteristik Sistem Kepribadian Menurt Frued
ID
|
EGO
|
SUPER EGO
|
Sistem asli (the true psychic reality) bersifat
subjektif (tidak mengenal dunia obyektif), yang terdiri dari instink-instink,
dan gudangnya (reservoir) energi psikis yang digunakan oleh ketiga
sistem kepribadian
|
Berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan
dunia nyata. Memperoleh energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan
objektif (dunia nyata)
|
Komponen moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem : kata
hati (yang menghukum tingkah laku yang salah dan ego ideal (yang mengganjar
tingkah laku yang baik)
|
Sumber : Syamsu Yusuf Teori Kepribadian 2011
- Teori kepribadian menurut Carl Gustaf Jung
Menurut Jung, kepribadian itu adalah
seluruh pemikiran perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. Adapun struktur kepribadian manusia terdiri dari dua dimensi,
yaitu dimensi kesadaran dan dimensi ketidaksadaran. Kedua dimensi ini saling
mengisi dan mempunyai fungsi masing-masing dalam penyesuaian diri. Dimensi
kesadaran berupaya menyesuaikan terhadap dunia luar individu. Adapun dimensi
ketidaksadaran berupaya menyesuaikan terhadap dunia dalam individu.
1. Dimensi Kesadaran Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011)
Dimensi kesadaran dalam kepribadian
ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan,
pikiran, perasaan sadar manusia. Komponen kedua dari dimensi kesadaran manusia
adalah sikap jiwa. Sikap jiwa adalah arah dari psikis atau libido yang menjelma
dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Setiap orang mengadakan
orientasi terhadap dunia sekitarnya. Namun demikian, dalam caranya mengadakan
orientasi itu setiap orang berbeda-beda. Apabila orientasi terhadap sesuatu itu
tidak dikuasai oleh pendapat subjektifnya, maka individu yang demikian itu
dikatakan mempunyai orientasi ekstravers. Apabila orientasi ekstravers ini menjadi
kebiasaan, maka individu yang bersangkutan mempunyai tipe kepribadian
ekstravers. Jadi berdasarkan atas sikap jiwanya, manusia dapat digolongkan
menjadi dua tipe yaitu manusia yang bertipe ekstravers dan introvers.
Orang yang ekstrovers terutama dipengaruhi oleh dunia objektif,
yaitu dunia diluar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran,
perasaan, dan tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannnya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Orang bertipe ekstravers
bersikap positif terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul,
berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, biasanya suka menurutkan kata
hatinya, selalu siap menjawab, tidak banyak pertimbangan (easy going), dan
optimis dan hubungan dengan orang lain efektif. Adapun bahaya dari orang
bertipe ekstravers ini ialah apabila keterkaiatan kepada dunia luar itu
terlampau kuat, sehingga ia tenggelam didalam dunia objektif, kehilangan
dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri. Orang y`ng bertipe
introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam
dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju kedalam pikirannya. Pikiran,
perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif. Penyesuaian
dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar
berhubungan dengan orang lain, tidak sabar, Kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, mudah gelisah, tidak dapat
tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah
tersinggung, otot-otot mudah
tegang dan kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan
batinnya sendiri baik. Bahaya tipe kepribadian introvers ini ialah kalau jarak
dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang tersebut lepas dari dunia
objektifnya. Jung berpendapat bahwa antara sikap jiwa ekstravers dan introvers
itu terdapat hubungan yang kompensatoris.
Tabel 2. Tipologi Kepribadian Menurut Jung
Sikap Jiwa
|
Fungsi Jiwa
|
Tipe Kepribadian
|
Ketidaksadarannya
|
Ekstravers
|
Pikiran
Perasaan
Pendirian
Intuisi
|
Pemikir-ekstravers
Perasa-ekstravers
Pendirian-ekstravers
Intuitif-ekstravers
|
Perasa introvers
Pemikir introvers
Intuitif introvers
Pendirian introvers
|
Introvers
|
Pikiran
Perasaan
Pendirian
Intuisi
|
Pemikir-introvers
Perasa-introvers
Pendirian-introvers
Intuitif-introvers
|
Perasa ekstravers
Pemikir ekstravers
Intuitf ekstravers
Pendirian ekstravers
|
Sumber : Syamsu Yusuf Teori Kepribadian 2011
2. Dimensi Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi ketidaksadaran kepribadian
seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu: (1) ketidaksadaran pribadi; (2)
ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi berisi hal yang diperoleh
individu selama hidupnya namun tertekan dan terlupakan. Ketidaksadaran kolektif
berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya
melalui generasi yang terdahulu.
- Teori kepribadian menurut Erik Erikson
Erikson adalah seorang Freudian dan
penulis utama psikologi ego. Artinya Erikson pada dasarnya menerima gagasan
Freud termasuk gagasan yang belum pasti seperti oedipal complex, dan
juga menerima gagasan tentang ego yang didukung oleh para pendukung setia
Freudian seperti Heinz Hartmann dan tentu saja Anna Freud. Erikson memandang
identitas ego sebagai polaritas dari apa seseorang itu menurut perasaan dirinya
sendiri. Erikson memandang ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
diri secara kreatif dan otonom. Teori ego dari Erikson yang dapat dipandang
sebagai pengembangan seksual-infatil dari Freud, mendapat pengakuan yang luas
sebagai teori yang khas, berkat pandangannya bahwa pengembangan kepribadian
mengikuti prinsip epigenetic. Sama seperti Freud, Erikson menganggap
hubungan ibu-anak menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi
Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan
kebutuhan id oleh ego.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Syamsu & Juntika dalam
bukunya Teori Kepribadian, 2011 mengatakan bahwa perkembangan kepribadian
individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor hereditas dan
lingkungan. Faktor hereditas yang mempengaruhi kepribadian antara lain: bentuk
tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua. Adapun
faktor lingkungan antar lain : lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Di
samping itu, meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, kenyataannya
sering ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu sering dipengaruhi oleh
faktor gangguan fisik dan lingkungan.
1. Faktor Genetika (Pembawaan)
Pada masa konsepsi, seluruh bawaan
hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan x x) dari ibu, dan 23
kromosom (pasangan x y) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat
beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis/mental individu
atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada
seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut.
Masa dalam kandungan dipandang
sebagai alat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak
hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagi masa
pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu
terhadap kehidupan setelah kelahiran. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas
terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan
mengguanakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin dalam buku Tipe
Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut.
a. Penelitian dengan Metode Sejarah (Riwayat) Keluarga
Menurut Galton dalam buku Tipe
Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) telah mencoba meneliti kegeniusan yang di
kaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa
kegeniusan itu berkaitan erat dengan keluarga. Temuan ini bukti yang mengandung
teori hereditas tentang kegeniusan individu. Contoh penelitian dengan
pendekatan ini adalah penelitian terhadap keluarga (keturunan) Kallikak.
Keturunan Kallikak pertama adalah seorang anak laki-laki, hasil hubungan
gelapnya dengan seorang gadis yang bodoh. Anak tersebut memiliki kemampuan
intelektual yang rendah (bodoh), dan bersikap anti sosial. Sedangkan keturunan
Kallikak yang kedua adalah berasal dari hasil pernikahan dengan seorang wanita
yang berkemampuan intelektual normal dan bersifat baik. Anak-anaknya ternyata
memiliki kemampuan intelektual yang normal, dan dapat menjadi warga masyarakat
yang baik. Pendekatan sejarah keluarga ini dipandang relatif kecil
kontribusinya terhadap pemahaman mengenai pengaruh hereditas terhadap tipe
kepribadian.
b. Metode Seldktivitas Keturunan
Menurut Tryon dalam buku Tipe
Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) menggunakan pendekatan ini dengan memilih
tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”, dengan yang bodoh “dull”.
Ketika tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan ternyata
keturunannya mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi normal.
c. Penelitian terhadap Anak Kembar
Study terhadap anak kembar ini
dipandang oleh para ahli psikologi sebagai metode yang paling baik dalam
membuktikan pengaruh faktor genetika terhadap kepribadian.
d. Keragaman Konstitusi (Postur) Tubuh
Penelitian terhadap konstitusi tubuh
ini didasarkan kepada asumsi bahwa karakteristik fisik berhubungan dengan
kepribadian. Kretschmer mengklasifikasikan postur tubuh individu pada tiga tipe
utama, dan satu tipe campuran. Berikut ini adalah tipe pengklasifikasian tubuh
menurut Kretschmer:
1) Tipe Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut besar, dada
dan bahunya bulat
2) Tipe Asthenis (Leptosom): tinggi dan ramping, perut
kecil, dan bahu sempit
3) Tipe Atletis: postur tubuhnya harmonis (tegap, bahu
lebar, perut kuat, otot kuat).
4) Tipe Displastis: tipe penyimpangan dari ketiga bentuk
diatas.
2. Faktor lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan, dan sekolah.
a. Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu
utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah keluarga merupakan
kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, anak banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan para anggota keluarga
merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak.
b. Faktor kebudayaan
Kluckhohn berpendapat bahwa
kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati,
baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk
mengikuti pola-pola tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita. Sehubungan
dengan pentingnya kebudayaan sebagai faktor penentu kepribadian, muncul
pertanyaan: bagaimana karakteristik kepribadian itu berkembang? Bagaimana pula
tipe dasar kepribadian masyarakat itu terjadi? Dalam hal ini menurut Linton
dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) mengemukakan tiga prinsip
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga prinsip itu adalah (1) pengalaman awal
kehidupan dalam keluarga, (2) pola asuh orang tua terhadap anak, dan (3)
pengalaman awal kehisupan anak dalam masyarakat. Apabila anak-anak memilki
pengalaman awal kehidupan yang sama dalam suatu masyarakat, maka mereka
cenderung akan memiliki karakteristik kepribadiaan yang sama.
c. Sekolah
Faktor-faktor yang dipandang
berpengaruh itu diantaranya sebagai berikut:
1) Iklim emosional kelas
Kelas yang iklim emosinya sehat (guru
bersikap ramah, dan respek terhadap siswa dan begitu juga berlaku diantara
siswa) memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikis anak, seperti
merasa nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi untuk belajar, dan mau
mentaati peraturan. Begitu juga iklim emosional kelas yang sebaliknya akan
berdampak kurang baik bagi anak.
2) Sikap dan perilaku guru
Sikap dan perilaku guru, secara
langsung mempengaruhi “self-concept” siswa, melalui sikap-sikapnya
terhadap tugas akademik (kesungguhan dalam mengajar), kedisiplinan dalam
menaati peraturan sekolah, dan perhatiannya terhadap siswa. Secara tidak
langsung, pengaruh guru ini terkait dengan upayanya membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya.
3) Disiplin (tata tertib)
Tata tertib ini ditunjukkan untuk
membentuk sikap dan tingkah laku siswa.
4) Prestasi belajar
Perolehan prestasi belajar, atau
peringkat kelas dapat mempengaruhi peningkatan harga diri, dan sikap percaya
diri siswa
5) Penerimaan teman sebaya
Siswa yang diterima oleh
teman-temannya, dia akan mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan
juaga orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.
4. Jenis Tipe
Kepribadian
Pembagian kepribadian manusia ke
dalam dua jenis ini pertama kali dilakukan oleh Gustav Jung dalam buku Tipe
Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011). Jung (baca: yung) adalah seorang psikolog
asal Swiss yang pada awalnya kagum dengan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud,
namun belakangan ia membuat teori baru yang bertentangan dengan teori dari Freud
(baca: froyd). Jung menyebutkan bahwa manusia memiliki dua sikap (attitudes)
dasar, yaitu ekstrovert dan introvert.
a. Introvert
Sikap introvert
mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam,
cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan antisosial. Seseorang
juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif dan
menggunakan pandangan subjektif mereka sendiri. Orang-orang yang
introvert ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang
terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Intelegensia
relatif tinggi, perbendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian
(keras kepala), umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku, dan kurang suka
lelucon terlebih mengenai seks.
Ciri-ciri orang
dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, hatinya tertutup, sulit berhubungan
dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik.
Hal ini akan menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
rumah sakit, dimana orang dihadapkan pada berbagai macam tindakan keperawatan
dan orang yang tidak dikenal, seperti dokter, perawat dan pasien lainnya.
b. Ekstrovert
Sikap ekstrovert mengarahkan pribadi
ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar, cenderung
berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah. Ciri-ciri tipe
ekstrovert adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai banyak teman,
membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka membaca atau belajar sendirian,
sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering menentang bahaya,
berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka menurutkan kata
hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu siap menjawab, dan biasanya suka akan
perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan (easy going), optimis, serta suka
tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam melakukan aktivitas,
cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya, semua perasaannya
tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat dipercaya (Aiken, 1993 :
86 – 87). Selain itu orang-orang yang ekstrovert intelegensia mereka relatif
rendah, pebendaharaan kata-kata kurang, mempunyai kecenderungan tidak tetap
pada pendirian, umumnya mereka cepat namun tidak teliti, mereka tidak begitu
kaku, dan mereka menyukai lelucon terlebih mengenai seks. (Suryabrata, 2002).
5. Cara Penilaian
Tipe Kepribadian
Pada pertanyaan tipe kepribadian
pasien pre operasi Sectio Caesarea, dimana peneliti membuat pernyataan
sebanyak 10 pernyataan pilihan yang meliputi pernyataan tentang tipe
kepribadian yang berupa pernyataan dengan menjawab ya nilai (1), menjawab tidak
nilai (0). Tipe A (introvert) bila skor
6 – 10 Tipe B (ekstrovert) bila skor 0 - 5
Penilaian ini diambil dari contoh
jurnal yang sudah diuji kebenarannya melalui uji validitas.
DAFTAR PUSTAKA
Ayub Sani Ibrahim (2003), Panik
Neurosis dan Gangguan Cemas, Jakarta : PT. Dua As – As
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010 . Jakarta: PT Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta
Anggraini,(2011).Laporan Pendahuluan pada Post SC.http://anggreniniluhputu.blogspot.com
diakses tanggal 19 Januari 2012 Jam 20.18
Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah I,
Bandung : Yayasan IKAPI
Brunner & Suddarth. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Gunawan,(2011).Konsep Kecemasan.http://teorikecemasan.blogspot.com/
diakses tanggal 27 desember 2011 Jam 16.00 WIB
Hidayat, A. Aziz
Alimul. (2007). Metode
Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz
Alimul. (2007). Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Hawari, Dadang.
2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Penerbit FK Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
Slemba Medika
Perry, Poter, 2006. Buku Saku
Ketrampilan Dan Prosedur Dasar.Jakarta:Rineka Cipta
Rondhianto,(2008).KeperawatanPerioperatif.http://athearobiansyah.blogspot.comdiakses
tanggal 03 Oktober 2011 Jam 18:20:51
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu
Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi
Stuart, Gail W.
2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC.
Suparyanto, 2011. Konsep Cemas.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/ konsep-cemas.html (Diakses 17
Februaari 2012).
Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan.
2011. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tahsinul,(2008).Kepribadian.http://tahsinul.wordpress.com
diakses tanggal 28 Oktober 2011 Jam 10:12:50