Laman

Kamis, 01 November 2012

KONSEP DAN TEORI KEPRIBADIAN


 A.       Pengertian Kepribadian.
Pada jaman SM, pengertian kepribadian dibagi 2 yaitu:
1. Golongan Prailmiah yang memahami kepribadian manusia berdasarkan gurat2 tangan (rajah), astrologi (ilmu bintang), grafologi (ilmu tentang tulisan tangan), phisiognomi (ilmu tentang wajah). Phrenology (ilmu tentang tengkorak), sertrta onychologi (ilmu tentang kuku).
2. Golongan Ilmiah yang memahami kepribadian manusia berdasarkan cairan yang ada dalam tubuh manusia (suryabrata, 1995).
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang merujuk pada topeng yang biasa digunakan paran pemain sandiwara di zaman Romawi. George Kelly memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Pervin dan Jhon mengemukakan bahwa kepribadian mewakili karakteristikindividu yang terdiri dari pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Gordon allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan member arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih lengkap Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari system psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas. Psikofisik menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu system yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Freud (1986) mengemukakan bahwa kepribadian murni hasilpengaruh dari luar dirinya. Apakah itu pengaruh perlakuan orang tua sejak masa kandungan hingga masa kecil, maupun pengaruh perlakuan orang yang ada disekitarnya. Freud menyatakan bahwa individu itu sendiri tidak tahu dan bahkan tidak dapat mengubah takdirnya sendiri. Eysenck mendefenisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola prilaku baik actual maupun potensial dari organism yang ditentukan oleh pembawaan lingkungannya (Suryabrata, 1995). Sebagian besar batasan melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui studi tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lainnya diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan khas pada diri setiap orang.
Struktur kepribadian ada 4 menurut Eysenck (Suryabrata, 1995):
1. Spesifik response: tindakan yang terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu.
2.Habital response : mempunyai corak yang lebih umum, yaitu respons yang   berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
3. Trait : sementara habitual response yang paling berhubungan satu sama lainnya yang cenderung pada individu tertentu.
4. Type : organisasi dalam individu yang lebih umum, lebih mencakup lagi.
Struktur kepribadian menurut Jung (Suryabrata,1995; Hall & Lindzey):
1. Ego : jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar.
2. Ketidaksadaran pribadi: daerah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman sadar yang direpresikan.
3. Ketidaksadaran kolektif : salah satu dari segi-segi teori kepribadian Jung yang paling original dan controversial.
4. Persona : topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan-kebutuhan arketipal pribadi.
5. Pemindahan energy psikis : energy dapat dipindahkan dari satu system ke system yang lainnya. Proses transfer ini terjadi sesuai prinsip-prinsip dasar dinamika, yang disebut dengan istilah sublimasi dan represi.
6. Jalan kesempurnaan: kepribadian mempunyai kecendrungan untuk berkembang ke arah suatu kebulatan yang stabil, yang disebutnya sebagai proses individualisasi.
Aspek-aspek kepribadian menurut Abin Syamsudin (2003) mencakup:
1. Karakter : yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen : yaitu disposisi reaktif dari seseorang. Atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang dating dari lingkungannya.
3. Sikap : sambutan terhadap objek yang bwersifat positif, negative atau ambivalen.
4. Stabilitas emosi : yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungannya. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.
5. Responsibilitas : (tanggung jawab), kesiapan untukmenerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas : yaitu disposisi pribadi yang berkaiatan dengan hubungan interpersonal, seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemapuan berkomunikasi dengan orang lain.
1. Tipelogi kepribadian.
Berdasarkan pendapat Jung yang didukung oleh Eysenck (Suryabrata,1995; Naisaban, 2003) ada dua type kepribadian manusia:
1. Introvert.
· Berorientasi pada orang yang bersikap tertutup dan memiliki subjektivitas terhadap dunia.
· Mudah tersinggung, apalgi oleh lelucon yang mengenai dirinya. Kurang percaya diri, pemalu dan pendiam.
· Biasanya hidup dengan dunia yang penuh dengan fantasi,impian dan persepsi individualis, memiliki nilai estetika yang tinggi, suka aktivitas yang bersifat artistic dan memiliki nilai ekonomi yang rendah dalam arti tidak menyukai hal-hal yang bersifat bisnis dan keuangan.memilikikekuatan untuk cenderung menuju meditasi dan berfikiran reflektif, seorang pemimpi, imajiner, dan filosofis.
2. Extrovert.
· Adalah kepribadian yang menyenangi bersama orang lain, tidak merasa terpaksa untuk bersama orang lain atau hadir dalam acara-acara social, tidak merasa kaku untuk berbicara didepan khayalak ramai yang belum dikenal, mudah bergaul dean menyenangi bertemu dengan orang-orang yang baru. Tidak kaku dan canggung dalam pergaulan, biasanya dia disenangi oleh lingkungannya.
· Berorientasi pada orang yang menuju keterbukaan dan bersikap objektif terhadap dunia.
· Sebagai pribadi sosial , optimis, berbicara aktif , ketergantungan pada kelompok, dapat dipercaya dan mudah beradaptasi.
· Selalu dipengaruhi dunia objektif, dunia diluar dirinya. Dan selalu berorientasi keluar.
Gallen, seorang ahli filosofi Romawi yang hidup diabad ke-2 masehi, yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian yaitu:
1. Sanguin
Mempunyai energy yang besar , suka bersenang-senang dan supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih saying, dukungan, dan penerimaan orang2 disekelilingnya. Orang yang bertype sanguine suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, bila ia tidak teratur, emosional dan sangant sensitive terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguine sering dikenal sebagai tukang bicara.
2. Koleris.
Suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan. Orang yang bertype koleris menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesame, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menberima tugas-tugas sulit. Tapi juga mereka suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasikan sebagai pelaksanan.


3. Melankolis.
Cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalamn type ini butuh ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang bertype melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka keteraturan. Karena itu, orang melankolis sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkan tidak sempurna. Orang melankolis sering diidentifikasikan sebagai pemikir.
4. Phlegmatis.
Kepribadian yang seimbang, stabil, merasa diri cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tidak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka beresiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahaan. Orang type ini kurang disiplin dan motivasi, sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban, bukannya ia kurang cerdas, tapi karena ia lebih cerdas dari yang lainnya. Orang phlegmatis tidak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat disaat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Orang phlegmatic kadang diidentifikasikan sebagai pengamat.

B.       Definisi Teori Kepribadian
Teori dapat diartikan sebagai (a) sekumpulan asumsi (dugaan, perkiraan, atau anggapan) yang relevan, dan secara sistematis saling berkaitan; (b) hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui kebenarannya secara pasti, sebelum diverifikasi kebenarannya (c) sekumpulan asumsi tentang keterkaitan antara peristiwa-peristiwa empiris (fenomena). Sedangkan definisi lainnya menjelaskan bahwa teori sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut.Boeree (Yusuf dan Juntika, 2007)
Teori berfungsi untuk: (a) mengarahkan perhatian atau arah penelitian , dalam arti membantu fakta mana yang relevan bagi satu penelitian (b) merangkum pengetahuan dalam bentuk generalisasi, atau prinsip-prinsip, sehingga dapat mempermudah pemahaman tentang fenomena (c) memprediksi atau meramalkan fakta, peristiwa yang akan datang dengan mempelajari kondisi atau fenomena yang berkaitan ( yusuf dan juntika, 2007).
Teori mempunyai ciri ciri (a) jelas, dapat dipahami, (b) komprehensif dapat menjelaskan banyak fenomena yang berkaitan (c) eksplisit, faktanya dapat diuji atau dites (d) persimoni, dapat menjelaskan data secara sederhana, dan (e) dapat menghasilkan penelitian lanjutan yang berguna.
Sedangkan kepribadian merupakan terjemahan dari kata personality. Kata personality berasal dari bahasa latin  persona yang artinya topeng yang digunakan aktor dalam pertunjukan, dalam pertunjukan tersebut aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli dan menampilkan diri sesuai dengan kepribadian topeng yang dipakai.
Agar memperoleh pemahaman tentang makna kepribadian perlu dikemukakan pengertian kepribadian menurut para ahli. Pengertian Kepribadian menurut para ahli sebagai berikut:
  • Woodworth (Yusuf dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas total individu”
  • Dashiell (Yusuf dan juntika, 2007) mendefinisikan sebagai” gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”
  • Lawrence pervin, 1984 mendefinisikan personality sebagai “personality represents those characteristics of the person or of people generally that account for consistent pattern of behavior”. Pengertian tersebut menurut pervin didasarkan pada hakikat manusia yaitu; (a) manusia itu unik dibanding species lain,seperti bisa berbicara, berpikir, manusia lebih lambat dalam hal kematangan/maturity dibanding species lain (b) perilaku manusia bersifat komplek, jadi untuk memahaminya harus memahami kompleksitas tingkah laku manusia, kadang situasi yang sama bisa dipahami berbeda oleh individu yang berbeda, dan perilaku yang sama mungkin dilatarbelakangi hal yang berbeda dari beberapa orang;(c) perilaku tidak bisa dilihat seperti apa yang tampak, (d) manusia tidak selalu menyadari dan bisa mengontrol apa yang menetukan perilakunya,manusia tidak selalu bisa menjelaskan mengapa dia berperilaku yang sebenarnya berlawanan dengan perilakunya.
  • Derlega dkk, 2005 mendefinisikan kepribadian sebagai “ the system of induring, inner characteristic of individual that contributes to consistency in their thoughts, feelings, and behavior” (kepribadian merupakan sistem yang relatif ajeg/ stabil mengenai karakter internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam pikiran,perasaan dan tingkah laku). Derlega menjelaskan tiga poin penting yang terkandung dalam pengertian kepribadian yaitu (a) Enduring artinya kepribadian merupakan karakteristik individu berjalan lama, relatif stabil dalam rentang waktu yang lama, untuk menjelaskan kestabilan respon individu, para ahli membedakan antara istilah trait dengan state, kalau state hanya sementara waktu, hanya respon seseorang pada situasi sekarang, sedangkan traits merupakan respon yang relatif stabil dan  berjalan lama yang merupakan respon seseorang untuk mereaksi dalam berbagai kondisi. Maksudnya stabil bukan berarti kepribadian tidak bisa berubah, namun perubahan kepribadian biasanya nampak secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang lama (b) kepribadian Inner atau  intrapersonal. Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasa dan berperilaku yaitu yang pertama yang ada di luar individu, sedangkan faktor kedua adalah faktor dari dalam berupa atribut dan proses yang terjadi di dalam individu, jadi perilaku merupakan kombinasi dari 2 fungsi yakni diri dan lingkungan, dalam hal ini ahli psikologi kepribadian berpendapat bahwa faktor intrapersonal memiliki peran yang lebih dalam pembentukan perilaku, mereka lebih fokus dalam memperlajari karakteristik dan proses interpersonal.  (c) kepribadian menyangkut konsistensi dalam perilaku.
  • Sedangkan Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007) mendefinisikan kepribadian sebagai “ dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment” (kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya). Pengertian menurut Allport bisa dijelaskan bahwa kepribadian berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari waktu ke waktu, situasi ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku (b) Organization artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur kepribadian  yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterrelasi (c) kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d) determine menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Teori kepribadian menurut syamsu dan Juntika merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya.
Sedangkan menurut Pervin Teori kepribadian merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan  “ What, how dan why” What terkait dengan apa karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang lain, seperti pertanyaan apakah dia jujur, apakah dia memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi?. Pertanyaan how terkait dengan faktor yang mempengaruhi kepribadian, seperti bagaimana faktor genetis dan faktor lingkungan berinteraksi dalam membentuk tingkah laku. Sedangkan why merujuk pada alasan mengapa seseorang berperilaku,berkaitan dengan faktor motivasi yang menyebabkan seseorang melakukan seseuatu. Seperti pertanyaan mengapa siswa mengerjakan tugas dari gurunya dengan baik?
C.      Sumber teori Kepribadian
Teori kepribadian banyak bersumber dari observasi dan introspeksi mendalam dari para pemikir. Sebagai contoh Freud menghabiskan banyak waktu menganalissi mimpinya sendiri, dan menganalisis kekuatan dorongan seksual yang kemudian dari situ ia mengembangkan ide tersebut menjadi teori komprehensif mengenai jiwa manusia. Cara seperti ini dinamakan dengan pendekatan deduktif terhadap kepribadian, dimana kesimpulan dihasilkan secara logis dari premis dan asumsi-asumsi. Dalam deduksi kita menggunakan pengetahuan kita mengenai hukum atau prinsip dasar psikologi untuk dapat memahami tiap-tiap orang.
Kedua, teori kepribadian muncul dari penelitian empiris dan sistematis. Dinamakan dengan pendekatan induktif, pendekatan ini bekerja dari data menuju terbentuknya teori baru.
Sumber ketiga adalah analogi yang didapatkan dari konsep disiplin ilmu lain yang terkait. Contohnya, banyaknya kemajuan yang diperoleh melalaui pemahaman tentang struktur dan fungsi otak melalui medan magnet dan pencitra Computerized Tomoghraphy yang lebih lanjut dapat membantu dalam memunculkan cara-cara baru dalam menelusuri struktur psikologis dari otak. (friedman dan miriam, 2006)
D.      Teori Kepribadian dan Faktor Yang Menyebabkan Keberagamannya
Sampai saat ini terdapat banyak sekali teori kepribadian. Setiap teori menjelaskan dengan bangunan teorinya tentang aspek kepribadian, beberapa teori merupakan teori grand seperti teori psikoanalisis dan teori self efikasi dan dianggap bebrapa kalangan sebagai teori yang komprehensif.
Secara garis besar teori personality secara mayoritas ada 5 perspektif (Derlega, 2005)
  1. Perspektif psikodinamika; Teori ini Menekankan bahwa proses bawah sadarlah yang membangun kepribadian,pentingnya dorongan seksual, sedangkan hal yang paling menentukan dalam perilaku adalah pengalaman kanak-kanak, konflik bawah sadar. Teori utama meliputi: Id, ego, Super ego, represi, fiksasi, odipus complex. Tokoh pembangun teori : freud, jung, Adler, Horney
  2. Perspektif belajar; teori ini menekankan pada proses bagaimana kepribadian dipelajari, hal yang paling menentukan dalam membentuk perilaku adalah  proses pengkondisian, teori utama meliputi: stimulus-respon, reinforcemen, pengkondisian klasikal, pengkondisian operant. Tokoh utama adalah: Watson, thorndike, hull, skinner
  3. Perpekstif humanis; Teori ini menekankan pada perubahan alami dalam pertumbuhan psikologis, factor penentu dalam pembentuk perilaku adalah tendensi dalam aktualisasi, teori utama meliputi fenomenologi, Penghargaan positif yang tulus, aktualisasi diri, sedangkan tokohnya adalah Roger, maslow
  4. Perspektif kognitif; Teori ini menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi tentang dirinya dan dunianya, factor penentu dalam membentuk perilaku adalah Proses kognitif, teori utama meliputi Skema, atribusi, tujuan, self regulasi, sedangkan tokoh utama adalah Kelly, rotter, bandura, Mischel
  5. Perspektif Biologi; teori ini menekankan pada anatomi dan fisiologi dari sistem nervous, termasuk pengaruh genetik dan evolusi, sedangkan factor penentu dalam pembentuk perilaku adalah aktivitas otak, aktivitas lain dalam sistem nervous, teori utama berkaitan dengan neurotransmiter, tokoh utama meliputi  Eysenc, plomin, D Buss.
Teori diatas berbeda dalam asumsi dalam hal hal utama pembentuk kepribadian dan tingkah laku, seperti dijelaskan di atas perbedaan masing masing teori karena asumsi tentang manusia. Memang perkembangan teori kepribadian tidak terlepas dari pribadi pembangun teori tersebut, pengalaman hidupnya, dan suasana hidup dimana dia berada. Sedangkan menurut Stefflre (Yusuf dan juntika, 2007) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian, yaitu sebagai berikut:
  • Personal, teori merupakan refleksi dari pribadi pembangun teori
  • Sosiologis, tempat corak kehidupan social budaya tempat pembangun teori itu hidup.
  • Filsafat,  cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu fenomena kehidupan.
  • Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangun teori.
E.       Sejarah Teori Kepribadian
o    Teater dan presentasi Diri
Awal dari teori kepribadian dapat ditelusuri melalui teater. Theophrastus, murid aristoteles adalah salah satu pencipta pertama sketsa karakter yang mendeskripsikan mengenai tipe orang pada umumnya, seperti seorang yang rapi, pemalas, atau kasar. Sedangkan orang Romawi kuno menggunakan topeng dalam teater untuk menekankan bahwa mereka sedang memainkan karakter yang berbeda dengan diri merka sendiri, ini menandakan adanya kekaguman terhadap hakikat sebenarnya. (friedman dan miriam, 2006).
o    Agama
Fokus Agama Yahudi, kristen, Islam, mempercayai bahwa manusia diciptakan menurut citra Tuhan, dan bertujuan untuk berjuang demi kebaikan, dan melawan yang jahat, dalam tradisi ini sikap dasar manusia pada hakikatnya adalah spiritual.
Sedangkan agama timur berfokus pada kesadaran diri, dan pemenuhan spiritual, perhatian juga banyak diarahkan pada meditasi dan perubahan tingkat kesadaran (kesurupan), fokus ini memainkan peranan penting dalam aspek-aspek tertentu dalam teori kepribadian modern seperti teori abraham maslow. (friedman dan miriam, 2006)
o    Evolusi Biologis
Pengaruh terhadap tori kepribadian yang paling jelas adalah perkembangan biologi selama abad 19, mengapa hewan seperti harimau bersifat agresif dan penyendiri sementara binatang lain seperti simpanse bersifat sosial dan kooperatif. Adanya kemunculan teori Evolusi Darwin menjelaskan bahwa karakter individu yang berevolusi adalah karakter yang memungkinkan individu tersebut meneruskan keturunan. Contoh, dorongan seks memiliki nilai adaptif, jadi individu yang tidak memiliki dorongan seks kemungkinan akan tidak dapat melanjutkan keturunan.
o    Pengetesan
Banyak tes yang dibuat untuk mendeskripsikan kepribadian seseorang, ketika Amerika menghadapi perang dunia I, mereka mempunyai banyak sekali pekerjaan sehingga mereka berpikir akan melakukannya lebih baik jika mereka mengukur orang sama dengan mengukur mesin. Banyak penelitian tentang kepribadian dilakukan guna menghadapi pertempuran atau pertahanan nasional amerika. Pendekatan ini membawa perspektif yang berbeda terhadap studi mengenai perbedaan individu.
o    Teori Modern
Teori modern secara formal lahir pada tahun 1930an . bentuk teori tersebut banyak dipengaruhi oleh karya tiga orang; gordon Allport, kurt Lewin dan henry Murray, Alport menolak ide untuk memecah kepribadian dalam komponen dasar (seperti sensasi dan dorongan dari dalam diri) dan lebih melihat sistem yang mendasari keunikan setiap individu. Lewin memberi perhatian teori kepribadian pada kondisi sesaat individu dan struktur situasi psikologisnya, dengan kata lain Lewin menekankan ada kekuatan yang mempengaruhi orang dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Sedangkan Murray merupakan personologist yang mengintegrasikan isu-isu klinis dengan isu-isu teoretis, dia menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai cabang dari psikologi yang mempelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa saja yang  mempengaruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu.
F.       Pola Kepribadian
Menurut Hurlock (Yusuf dan Juntika, 2007) menjelaskan bahwa pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang terdiri dari konsep diri sebaga pusat gravitasi kepribadian dan traits sebagai struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola tersebut.
·           Konsep Diri
Konsep diri dapat diartikan sebagai ; (a) persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya. (b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya dan suatu sistem pemaknaan individu dan pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri memiliki 3 komponen yaitu (a) perceptual atau physical self concept diartikan sebagai citra seseorang tentang kemenarikan dirinya. (kemenarikan tubuhnya) seperti kecantikan tubuh. (b) conceptual atau psychological self concept, konsep seseorang tentang kemampuan (keunggulan) dan ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidupnya; kejujuran, percaya diri, (c) Attitudinal, yang menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggan dan keterhinaannya. Apabila seseorang sudah masuk masa dewasa, komponen ketiga ini juga terkait dengan aspek-aspek keyakinan, nilai-nilai, idealitas, aspirasi, dan komitmen terhadap filsafat hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, self concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
  1. The basic self concept diartikan sebagai real self yakni konsep seseorang terhadap dirinya yang meliputi persepsi seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan serta aspirasinya.
  2. The transitory self concept artinya kadang seseorang meiliki self concept yang kadang dipeganganya, tapi pada waktu lain dilepaskannya.konsep diri ini mungkin menyenangkan mungkin juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, kadang dipengaruhi oleh perasaannya, atau pengalaman yang telah lalu.
  3. The social self concept jenis ini berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya baik melalui perkataan maupun tindakan perkembangan konsep diri ini dipengaruhi oleh kelompok sosial tempat dia hidup
  4. The ideal self concept merupakan konsep tentang apa yang diinginkan seseorang terhadap dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya.
·           Traits
Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan.
Traits memiliki tiga karakteristik (a) unik, kekhasan dalam berperilaku, (b)traits itu kemungkinan ada yang disenangi dan ada yang tidak disenangi sebab trait berhubungan dengan keharmonisan, kepuasan, atau sebaliknya pada orang yang mempunyai traits tersebut (c) consistency artinya seseorang itu diharapkan dapat berperilaku atau bertindak secara ajeg.
Faktor yang mempengaruhi traits terdiri dari faktor hereditas dan faktor belajar. Faktor yang paling mempengaruhi adalah (a) pola asuh orang tua, dan (b) imitasi terhadap idola

G.      Karakteristik Kepribadian
Kata kunci dari kepribadian adalah adjustmen. Menurut alexander (syamsu dan juntika, 2007) penyesuaian dapat diartikan sebagai suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memlihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Hurlock (dalam Syamsu dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat ditandai dengan :
  1. Mampu menilai diri secara realistis artinya mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri apa adanya. Menyangkut fisik maupun kemampuan.
  2. Mampu menilai situasi secara realistis. Individu mampu menghadapi situasi yang dialami secara realsistis dan mau menerima secara wajar, tidak bersifat perfeksionos.
  3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, terhadap prestasi yang menonjol seseorang tidak sombong, sedangkan bila gagal tidak mengalami frustasi yang berlebihan namun malah bisa bersikap penuh harapan.
  4. Menerima tanggung jawab, mempunyai keyakinan dan mempunyai semangat untuk bisa menjalankan tugas dan mengatasi masalah dengan baik.
  5. Kemandirian
  6. Dapat mengontrol emosi
  7. Berorientasi tujuan
  8. Berorientasi keluar
  9. Penerimaan sosial
  10. Memiliki filsafat hidup
  11. Kebahagiaan
Sedangkan kepribadian yang kurang sehat ditandai dengan karakteristik:
  1. Mudah marah
  2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  3. Seing merasa tertekan
  4. Bersikap kejam atau suka mengganggu orang yang lebih muda atau binatang.
  5. Tidak mampu menghindari perilaku yang menyimpang
  6. Terbiasa berbohoong
  7. Hiperaktif
  8. Memusuhi semua bentuk otoritas.
  9. Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.
  10. Sulit tidur
  11. Kurang bertanggung jawab
  12. Sering pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis)
  13. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
  14. Bersikap premis dalam menghadapi kehidupan
  15. Kurang bergairah dalam menghadapi kehidupan!
H.      Faktor Yang Mempengaruhi kepribadian
Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu hereditas (genetika) dan lingkungan (environment).
1.        Faktor Hereditas (genetika)
Dalam hal ini dijelaskan bahwa seorang pribadi terbentuk dari kromosom orang tua yang didalamnya terdapat gen yang membawa sifat-sifat fisik dan psikis seseorang yang menentukan potensi hereditasnya. Hal itu secara tidak langsung akan membentuk kepribadian seseorang, karena pengaruh langsung gen terhadap kepribadian seseorang adalah :
§  Kualitas system syaraf
§  Keseimbangan biokimia tubuh
§  Struktur tubuh
Sedangkan pengaruh tidak langsung hereditas terhadap kepribadian adalah :
v  Sebagai sumber bahan mentah kepribadian yaitu : 1). fisik, hal ini meliputi susunan alat-alat perlengkapan badan yang bercirikan individual, daya tahan tubuh, juga habitus individu atau diartikan sebagai bentuk badan yang khas pada setiap manusia (Winkel, 2010:215), 2). Intelegensi, diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai sebuah prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan (winkel, 2010:216) dan 3). Temperamen, diartikan sebagai sifat umum alam perasaan seseorang (winkel, 2010:215).
v   Membatasi perkembangan kepribadian, sehingga mempengaruhi keunikan pribadi. Hal ini berkaitan erat dari bagaimana seorang individu mau menerima dengan tulus dan mampu menghargai segala yang ada dalam dirinya, baik secara fisik, intelegensi maupun psikis. Ada individu yang secara fisik gemuk atau kurus, atau berkulit gelap atau cerah dan sebagainya, ada individu yang cenderung tertutup dan mudah pesimis, ada yang trebuka, ceria dan selalu gembira, dan banyak lagi. Ketika seorang individu mengalami ketidaknyamanan dengan apa adanya dirinya, maka itu akan menghambat dirinya untuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal, sedangkan apa adanya dirinya tersebut yang mampu dikembangkan secara baik, itulah keunikan sebagai pribadi yang berkualitas.
Pada intinya faktor hereditas ini dapat mempengaruhi konsep diri seseorang sebagai keunikannya, sehingga antara satu individu dengan individu lainnya akan berbeda dan tidak ada yang memiliki kepribadian yang sama persis dengan yang lainnya bahkan kembar sekalipun.
Oleh karena itu, Pervin (Yusuf dan juntika, 2007) menguraikan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hereditas terhadap kepribadian seseorang :
a)      Penelitian dengan metode sejarah (riwayat) keluarga, yang dilakukan oleh Galton (1870), yaitu dengan meneliti kegeniusan seseorang berkaitan dengan sejarah keturunan dalam keluarga. Dalam hal ini Galton melakukan penelitian terhadap keluarga (keturunan) Kallikak. Namun hasil penelitian ini dipandang  relative kecil sumbangsihnya terhadap pemahaman mengenai pengaruh hereditas terhadap kepribadian seseorang, apalagi di jaman seperti sekarang ini yang begitu maju secara teknologi.
b)      Penelitian dengan metode selektivitas keturunan, yang dilakukan oleh Tryon (1940), dan metode yang dilakukan hampir sama dengan yang dilakukan Galton, namun dalam penelitian ini Tryon menggunakan tikus sebagai objek penelitiannya.
c)      Penelitian terhadap anak kembar, dilakukan oleh Newman, Freeman dan Halzinger (1937), dan hasilnya menunjukkan bahwa kembar identik yang dipelihara secara terpisah memiliki kesamaan dalam hal tinggi dan berat badan serta kecerdasannya. Demikian juga kembar identik yang dipelihara bersama-sama, lebih memiliki  banyak kesamaan daripada kembar “fraternal”
d)                  Penelitian tentang keragaman postur tubuh, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik fisik berhubungan dengan kepribadian seseorang. (1). Kretschmer mengklasifikasikan postur tubuh individu pada 3 tipe utama dan 1 tipe campuran yaitu : a. piknis (stenis) : pendek, gemuk, perut besar, dada dan bahu bulat; b. asthenis (leptosome) : tinggi dan ramping, perut kecil dan bahu sempit; c. atletis : postur tubuh harmonis (tegap, bahu lebar, perut kuat, dan otot kuat); dan d. displastis : penyimpangan dari 3 bentuk di atas. (2). Sheldon, mengklasifikasikan tipe temperamen seseorang dikaitkan dengan tipe postur tubuh yaitu sebagai berikut : a. Endomorp/piknis (pendek, gemuk) à viscerotonia àtenang, pandai bergaul, senang bercinta, gemar makan dan tidur nyenyak; b. mesomorp/atletis (tubuh harmonis) à somatotonia à aktif, asertif, kompetitif, teguh dan agresif; c. ectomorp/asthenis (tinggi, kurus) à cerebrotonia à introvert, menahan diri, peragu, kurang berani bergaul dengan orang banyak, kurang berani bicara di depan banyak orang. (3). Galenus, mengklasifikasikan tipe temperamen lainnya yaitu :
a. sanguinis, sifat dasarnya adalah periang, optimistic dan percaya diri. Sifat perasaannya antara lain mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat dipercaya karena kurang konsekuen. Orang sanguinis cocok untuk menjadi seorang  salesman, guru, actor, bahkan menjadi pemimpin;
b. melankolis, sifat dasarnya adalah pemurung, sedih, pesimistis. Sifat perasaannya antara lain tertekan dengan masa lalu, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen dan bisa menepati janji, perfeksionis, emosi yang sensitive, rela berkorban dan analitis. Orang melankolis cocok menjadi seniman, musikus, penemu, ahli filsafat pendidik; c. koleris, sifat dasarnya adalah selalu merasa kurang puas, bereaksi negative dan agresif. Sifat lainnya antara lain emosional, membuat provokasi, sulit mengalah, tidak sabar, kurang memiliki rasa humor, banyak inisiatif, penuh semangat, bertindak cepat, praktis dan berkemauan keras dan tidak toleran. Orang koleris cocok menjadi pencetus gagasan, produser, atau mungkin dictator bahkan penjahat, tergantung pada kecerdasan moral yang dimiliki; d. plegmatis, sifat dasarnya adalah pendiam, tenang, netral, stabil. Sifat lainnya adalah merasa cukup puas, tidak peduli, tidak mudah terharu, pasif, tidak memiliki banyak minta, lambat, hemat, tertib. Orang plegmatis cocok menjadi diplomat, akuntan,  guru, ahli ilmu, bahkan pemimpin.
Setiap individu memiliki semua tipe temperamen itu, hanya setiap orang memiliki kecenderungan di salah satu tipe tersebut, misalnya seorang individu memiliki kecenderungan temperamen melankolis (60%), dan sisanya adalah tipe yang lainnya.
2.        Faktor Lingkungan (environment)
       I.            Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian seseorang, karena : 1). Keluarga adalah kelompok sosial pertama bagi seorang anak, yang akan menjadi pusat identifikasi anak, 2). Anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan keluarga, 3). Anggota keluarga adalah “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak, 4) keluarga juga sebagai lembaga yang “selayaknya” memenuhi kebutuhan manusiawinya.
Menurut penelitian yang dilakukan Baldwin dkk (1945) tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepribadian anak, ditemukan bahwa pola asuh orang tua itu ada yang demokratis dan authoritarian. Orang tua demokratis ditandai dengan perilaku :
Ø  Menciptakan iklim kebebasan
Ø  Respek terhadap anak
Ø  Objektif
Ø  Mengambil keputusan secara rasional
Dan anak yang berkembang dalam lingkungan keluarga yang demokratis cenderung akan lebih aktif, lebih bersikap sosial, percaya diri, orisinil, lebih memiliki keinginan di bidang intelektual, dan lebih konstruktif dibandingkan anak yang berkembang di lingkungan keluarga authoritarian.
Sedangkan orang tua autoritarian, ditandai dengan perilaku sewenang-wenang dan dictator dalam mengasuh anak.
    II.            Kebudayaan
Kebudayaan juga mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang individu, secara sadar atau tidak, kebudayaan sekitar kita tinggal ternyata juga berpengaruh terhadap kepribadian kita. Pola yang terjadi hampir sama dengan keluarga hanya saja ini sudah melibatkan orang lain diluar keluarga pokok dan juga meninjau adat istiadat setempat, norma aturan budaya, kebiasaan dan sebagainya. Seperti contoh : di Manado, orang makan dengan kaki diangkat ke atas kursi adalah sopan, namun sangat tidak sopan bagi orang jawa. Seseorang harus mau dan mampu belajar membuka diri untuk mempelajari semua itu sehingga tidak merasa terbeban ketika harus tinggal dilingkungan yang berbeda dengan lingkungan tinggal sebelumnya, yang akan berpengaruh bagi kepribadiannya.
 III.             Sekolah
a.       Iklim emosional kelas, adalah sikap guru terhadap siswanya, bila guru bersikap otoriter dan tidak bisa menghargai siswa makan siswa akan menjadi tegang, mudah marah, malas belajar dan mungkin saja melakukan sesuatu yang mengganggu ketertiban umum. Namun bila guru bersika ramah, terbuka dan respek terhadap setiap siswanya, maka siswa pun akan merasa nyaman di sekolah, bahagia, mau belajar, termotivasi dan mau menaati peraturan.
b.      Sikap dan perilaku guru, yang tercermin dalam hubungannya dengan siswa yang dipengaruhi oleh factor berikut : sterotype  budaya terhadap guru, sikap guru terhadap siswa, metode mengajar, penegakan disiplin dalam kelas, penyesuaian pribadi guru. Sikap dan perilaku guru secara langsung mempengaruhi konsep diri siswa, seperti pepatah jawa bahwa GURU adalah orang yang di GUgu(disegani, panutan) dan ditiRU (contoh), jangan sampai seorang guru melarang muridnya (SMA) merokok, kalau guru tersebut perokok berat bahkan merokok di sekolah, semacam itulah contoh konkretnya.
c.       Disiplin atau tata tertib sekolah, ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa untuk menjadi lebih disiplin. Disiplin otoriter cenderung mengembangkan sifat pribadi yang tegang,, cemas, antagonistic, sehingga siswa memiliki kedisiplinan bukan karena kesadaran dirinya sendiri namun karena ketakutan akan hukuman. Disiplin yang permisif cenderung mengembangkan sifat pribadi yang kurang bertanggungjawab, kurang mebghargai otoritas dan egosentris. Disiplin yang demokratis cenderung mengembangkan perasaan bahagia, tenang, berharga dan sikap bekerja sama.
d.      Prestasi belajar, dapat mempengaruhi kepribadian yang memiliki harga diri, sikap percaya diri atau sebaliknya.
e.       Penerimaan teman sebaya. Siswa yang diterima secara positif oleh teman-temannya, cenderung akan menjadi pribadi yang mampu lebih menghargai diri dan percaya diri, karena merasa dirinya berharga.
I.         Perubahan Kepribadian
Walaupun kepribadian relative konstan, namun seringkali ditemukan perubahan kepribadian yang disebabkan oleh:
1.      Faktor Fisik seperti gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-obat terlarang, minuman keras, dan gangguan karena sakit atau kecelakaan.
2.      Factor lingkungan seperti krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi, dan masalah social.
3.      Factor diri sendiri seperti frustasi yang berekepanjangan, imitasi pada orang yang berkepribadian menyimpang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi teori kepribadian yang lain  :
1.      Tradisi observasi klinik, mulai dari Charcot dan Janet, termasuk Freud, Jung, dan McDougall, paling banyak menentukan hakekat teori kepribadian melebihi satu faktor tunggal lain manapun.
2.      Tradisi Gestalt dan William Stern. Para teoritikus ini sangat terkesan dengan kesatuan tingkahlaku, dan karena itu yakin bahwa penelitian yang bersifat segmental atau terpisah-pisah tentang unsur-unsur kecil tingkahlaku sama sekali tidak akan dapat menjelaskan.
3.      Psikologi eksperimental secara umum dan teori belajar pada khususnya. Gerakan ini memunculkan perhatian yang lebih besar terhadap penelitian empiris yang dikontrol dengan teliti, pemahaman yang lebih baik terhadap hakekat penyusunan teori, serta pengetahuan yang lebih terinci tentang cara-cara mengubah tingkahlaku.
4.      Tradisi psikometrik yang berfokus pada pengukuran dan penelitian tentang perbedaan-perbedaan individu. Sumber ini telah meningkatkan kecanggihan dalam menyusun skala atau mengukur dimensi-dimensi tingkahlaku dan menganalisis data secara kuantitatif.
Pengaruh-pengaruh lain bersumber dari genetika, positivisme logis, dan antropologi sosial, tetapi tidak sebesar pengaruh keempat faktor di atas.
J.        Teori Kepribadian Psikoanalisis Menurut Sigmun Freud
I.     Tokoh dan Teori dasar Psikoanalisis
Teori psikoanalisis di kembangkan oleh sigmun freud yang lahir pada tanggal 6 mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 september 1939. Pada usia 8 tahun freud bermimpi untuk mencapai kemashuran melalui berbagai penemuan atau penelitian. Untuk maksud tersebut freud mencoba membedah 400 belut jantan, untuk meneliti apakah mereka mempunya testes, penelitian ini belum membuat dia terkenal akhirnya daia mengalihkan perhatiannya pada manuasia.
Pada tahun 1873 freud masuk fakultas kedokteran di Wina dan lulus pada tahun 1881 dengan yudisium excellent. Sebagai seorang ahli neurologi dia sering membantu masalah-masalah pasiennya seperti rasa takut yang irrasional, obsesi dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan masalah-masalah mental freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan psikoanalisis. Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Banyak buku yang telah di tulis freud, dan dari teori freud ini memiliki beberapa kelemahan terutama dalam hal-hal berikut :
1.    Ketidaksadaran (uniconsciousness) amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak dirinya sendiri.
2.    Pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3.    Kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
II.      Struktur Kepribadian
Semua teori kepribadian menyepakti bahwa manusia, seperti binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motifasi. Insting yang paling dasar ialah tangisan. Ketika lahir tentunya kekuatan motifasi dalam diri tentunya belum dipengaruhi oleh dunia luar.kekuatan ini bersifat mendasar dan individual.
Frued membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Prilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara ketiga komponen tersebut.
1)      Id (Das Es)
Id berisikan motifasi dan energy positif dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll) Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera, dan id orientasinya bersifat fantasi (maya). Untuk memperoleh kesengan id menempuh dua cara yaitu melalui reflex dan proses primer, proses primer yaitu dalam mengurangi ketegangan dengan berkhayal.
2)      Ego (Das Ich)
Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional. Dalam proses disebelumnya yaitu proses primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari benda yang akan memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa yang ada di das es dan langkah ini melalui proses sekunder. Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat prakmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau bersifat hedonis.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
1.      Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
2.      Seluruh energy (daya) ego berasal dari id
3.      Peran utama memenuhi kebutuhan id dan lingkungan sekitar
4.      Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembanbiakannya.
3)      Super Ego (Das Uber Ich)
Super ego merupak cabang dari moril atau keadilan dari kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan komponen kepribadian terkait dengan sytandar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Dengan terbentukny super ego berarti pada diri individu telah terbentuk kemampuan untuk mengontrl dirinya sendiri (self control) menggantikan control dari orang tua (out control). Fungsi super ego adalah sebagai berikut :
a.       Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif
b.      Mendorong ego untuk mengantikan tujuan-tujuan relistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
c.       Mengejar kesempurnaan. (perfection)

Karakteristik Sisitem Kepribadian Menurut Freud
ID
EGO
SUPEREGO
Sistem asli (the true psychic), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari insting-insting dan gudangnya (reservoir) energy psikis yang digunaka ketiga system kepribadian.
Berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energy dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata).
Komponen moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum tingkahlaku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar  tingkahlaku yang baik).

III.      Dinamika Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari energy fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila energy digunakan dalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi itu merupakan energi psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya. Instink-instink ini meliputi seluruh energy yang digunakan oleh ketiga struktur kepribadian (id, ego, dan superego) untuk menjalankan fungsinya. Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energy psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a.    Instink
Instink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Tujuan dari instink-instink adalah mereduksi ketegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
Freud mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok, yaitu:
1.      Instink hidup (life instink : eros). Instink hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif, berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasanya. Energy yang bertanggung jawab bagi instink hidup adalah libido. Libido ini bersumber dari erotogenic zones yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangasangan seperti: bibir/mulut, dubur dan organ seks).
2.      Instink mati (death instink : thanatos). Instink ini merupakan motifasi dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negative atau destruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan mambawa dorongan untuk mati (keadaan tak barnyawa = inanimate state). Pendapat ini didasarkan kepada prinsip konstansi dari Fechner yaitu bahwa proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia yang anorganis. Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena itu tujuan hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya perjalanan kea rah mati.  Dia beranggapan bahwa instink ini merupakan sisi gelap dari kehidupan manusia.
Instink mempunyai empat macam karakteristik, yaitu : (a) sumber (source): kondisi rangsangan jasmaniah atau needs, (b) tujuan (aim): menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan, sehingga mencapai kesenangan dan terhindar dari rasa sakit, (c) objek (object): meliputi benda atau keadaan yang berada di lingkungan yang dapat memuaskan kebutuhan, termasuk kegiatan untuk memperoleh objek tersebut, (d) mendorong/pergerakan (impetus): kekuatan yang bergantung pada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Sumber dan tujuan instink bersifat tetap, sedangkan objek dan penggerak sering berubah-berubah. Apabila energi instink digunakan untuk mensubstitusi objek yang tidak asli, maka tingkah laku yang dihasilkannya disebut instink derivative.
b.    Pendistribusian dan penggunaan Energi Psikis.
Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah atau  berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi psikis, baik oleh id, ego, maupun superegoengha. Id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui (1) gerakan refleksi dan (2) proses primer (menghayal atau berfantasi). Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego atau dari id ke superego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan (1) memuaskan dorongan atau instink melalui proses sekunder, (2) meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologi, (3) mengekang menangkal id agar tidak bertindak impulsive atau irasional dan (4) menciptakan integrasi di antara ketiga sistem kepribadian dengan tujuan terciptanya keharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan transaksi dengan dunia luar secara efektif. Seperti halnya ego, superego memperoleh  energy itu melalui identifikasi.
Oleh karena itu dalam proses pendistribusian energy itu terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik diantara ketiganya tidak dapat dielakan lagi. Disamping itu ada kemungkinan, ego mendapat tekanan yang begitu kuat, baik dari id maupun superego.
1.      Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari rentetan konflik internal yang terus menerus. Konflik (peperangan) antara id, ego, superego adalah hal yang bisa (rutin). Feurd menyakini bahwa konflik-konflik itu bersumber kepada dorongan-dorongan seks dan agresif.
Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan (anxiety). Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat di kontrol, sehingga melahirkan suasana yang mencekam/mengerikan. Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering menggunakan mekanisme pertahanan ego.
2.      Kecemasan
Kecemasan mempunyai peranan sentral dalam teori psikoanalisis, kecemasan digunakan oleh ego sebagai  isyarat adanya bahaya yang mengancam. Perasaan terjepit dan terancam disebut kecemasan (anxiety). Perasaan ini berfungsi sebagai ego bahwa ketika dia bertahan sambil tetap mempertimbangkan kelangsungan hidup organism, dia sebenarnya sedang berada dalam bahaya.
 Freud mengklasifikasikan kecemasan dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut:
Tipe kecemasan
Pengertian
Kecemasan Realistik
Resrpon terhadap ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang nyata(real) yang berada di lingkungan. Contoh seorang merasa takut bila di depannya ada ular. Maka orang tersebut mengalami kecemasan realistik.
Kecemasan Neurotik
Respon yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman masa anak yang terkait dengan hukuman yang maya (hayalan) dari orang tua atau orang lain yang mempunyai otoritas secara maya pula untuk memuaskan dorongan instinknya. Neurotik adalah kata latin dari perasaan gugup.
Kecemasan moral
Respon superego terhadap dorongan id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara “immoral”. Kecemasan ini di wujudkan dalam bentuk perasaan bersalah (guilty feeling) atau rasa malu (shame). Seseorang yang mengalami kecemasan ini, merasa takut akan dihukum oleh superegonya atau katahatinya.
3.      Mekanisme Pertahanan Ego.
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus  yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut.
a)      Represi
Represi merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar, ka, orang atau karena mengancam keamanan ego. Anna Freud mengartikan pula sebagai “melupakan yang bermotivasi”, adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan (kateksis objek = id) yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh antikateksis (ego). Orang  cenderung  merepres keinginan atau hasrat yang apabila dilakukan dapat menimbulkan perasaan bersalah (guilty feeling) dan konflik yang menimbulkan rasa cemas atau merepres memori (ingatan) yang meyakitkan.
b)      Projeksi
Projeksi merupakan pengendalian pikiran, perasaan, dorongan diri sendiri kepada orang lain. Dapat juga diartikan sebagai mekanisme perubahan kecemasan neurotik dan moral dengan kecemasan realistik. Anna freud mengatakan projeksi sebagai penggantian kea rah luar atau kebalikan dari melawan diri sendiri, mekanisme ini meliputi kecendrungan untuk melihat hasrat anda yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Projeksi memungkinkan orang untuk mengatakan dorongan yang mengancamnya dengan menyamarkanya sebagai pertahanan diri. Projeksi bertujuan untuk mengurangi pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan.
c)      Pembentukan Reaksi  (Reaction Formation).
Pembentukan reaksi atau reaksi formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadarannya (Hall dan Gardner). Dapat juga di artikan pergantian sikap dan tingka laku dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Bertujuan untuk menyembunyikan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan. Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau perilaku yang berlebihan atau bersifat kompulsif, biasanya dari perasaan yang negatif ke positif meskipun kadang-kadang terjadi dari negatif ke positif. Dalam hal ini Freud berpendapat bahwa laki-laki yang suka mencemoohkan homoseksual merupakan ekspresi dari perlawanannya akan dorongan-dorongan homoseksual dalam dirinya sendiri.
d)     Pemindahan Objek (Displacement)
Displacement adalah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau,  Corey (2003:19). Menurut Poduska (2000:119) displacement ialah mekanisme pertahanan ego dengan mana anda melepaskan gerak-gerik emosi yang asli, dan sumber pemindahan ini dianggap sebagai suatu target yang aman. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah kedudukannya.lebih lanjut dikatakan pemindahan objek ini merupakan proses pengalihan perasaan (biasanya rasa marah) dari objek (target) asli ke objek pengganti. Contohnya: seorang pegawai yang dimarahi atasannya di kantor, pada saat pulang dia membanting pintu dan marah-marah pada anaknya.
e)      Faksasi
Faksasi  ini  merupakan  mekanisme  yang memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena cemas untuk melangkah   ke perkembangan berikutnya. Faksasi ini bertujuan   untuk   menghindari dari    situasi-situasi   baru   yang   dipandang  berbahaya atau mengakibatkan   frustasi. Contohnya   anak  usia 7 tahun masih ngeisap jempol dan belum berani berpergaian tanpa ibunya.
f)       Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa  di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Kerika kita menghadapi kesulitan   atau  ketakutan, perilaku   kita  sering menjadi kekanak-kanakan atau primitif.   Dapat   dikatakan   pula    pengulangan   kembali    tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya (perikaku kekanak-kanakan). Contohnya seorang yang baru pensiun    akan   berlama-lama  duduk  di  kursi  goyang  dan  bersikap  seperti  anak-anak,   serta menggantungkan hidupnya pada isntrinya.
g)       Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan penciptaan kepalsuan (alas an-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima.  Menurut     Berry (2001:82), rasionalisasi ialah mencari pembenaran atau alasan bagi prilakunya, sehingga manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya. Rasionalisasi ini terjadi apabila individu mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan, dorongan atau keinginannya. Dia mempersepsikan kegagalan tersebut sebagai kekuatan yang mengancam keseimbangan psikisnya (menimbulkan rasa cemas).
h)       Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial. Dengan kata lain sublimasi ini merupakan pembelotan atau penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat diterima. Dalam banyak cara, sublimasi  merupakan mekanisme yang sehat, karena energi seksual berada di bawah kontrol sosial. Bagi Freud seluruh bentuk aktivitas positif dan kreatif aadalah sublimasi, terutama sublimasi hasrat seksual.
i)        Identifikasi
Identifikasi merupakan proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok. Identifikasi ini juga merupakan satu cara untuk mereduksi ketegangan. Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Identifikasi dengan penyerangan adalah bentuk introjeksi yang terfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif, tapi dari sisi negatif.

IV.     Perkembangan Kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap halik, tahap laten, dan tahap genital.
Freud yakin “Anak adalah ayah manusia” adalah menarik menentukan preferensi kuat pada penjelasan genetik atas tingkah laku orang dewasa semacam itu, Sementara Freud sendiri jarang menyelidiki anak-anak kecil secara langsung. Ia lebih suka melakukan menyelidiki struksi tentang kehidupan masa silam seseorang berdasarkan evidensi yang terdapat dalam ingatan-kenangannya di masa dewasa.
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yaitu (a) proses pertumbuhan fisiologis, (b) frustasi-frustasi, (c) konflik-konflik, dan (d) ancaman-ancaman. Sebagai akibat langsung dari meningkatnya ketegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber ini, sang pribadi  terpaksa mempelajari cara-cara baru mereduksikan tegangan. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangn kepribadian.
Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustrasi-frustrasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikanya bagian yang tak terpisahkan dari kribadiannya sendiri. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapat bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata yang mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen kepada kepribadian.
Identifikasi juga merupakan cara dengan mana orang dapat memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang. Dengan mengidentifikasikan diri dengan orang terkasih yang telah meninggal atau terpisah, maka orang yang telah hilang itu dijelamakan kembali dalam bentuk ciri tertentu yang meresap atau melekat pada kepribadian seseorang. Identifikasi  semacam ini merupakan dasar pembentukan superego.
Struktur final kepribadian merupakan akumulasi berbagai identifikasi yang dilakukan pada berbagai masa kehidupan seseorang, kendati ibu dan ayah mungkin merupakan tokoh-tokoh identifikasi terpenting dalam kehidupan seseorang.
Pemindahan objek asli yang dipilih instink tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti-kateksis), maka suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya sampai ditemukan objek yang mampu untuk mereduksikan tegangan habis, dan segera dicari lagi suatu objek tujuan yang cocok. Sepanjang rangkaian pemindahan yang banyak dan yang merupakan perkembangan kepribadian, sumber dan tujuan instink tetap, hanya objeknya yang berubah-ubah.
Minat-minat, keterikatan-keterikatan dan semua bentuk lain motif-motif yang diperoleh tetap bertahan karena gagal memberikan kepuasan yang sempurna. Setiap kompromi sekaligus adalah penolakan. Seseorang melepaskan sesuatu yang sesungguhnya diinginkannya tetapi tidak dapat dimilikinya, dan menerima sesuatu yang kedua atau ketiga terbaik yang dapat dimilikinya (Hall, 1954). Freud mengemukakan bahwa perkembangan peradaban di mungkinkan oleh pengekangan terhadap pemilihan-pemilihan objek primitive serta pengalihan energy instink ke saluran-saluran yang dapat diterima oleh masyarakat dan secara cultural kreatif. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.
Arah yang ditempuh pemindahan ditentukan oleh dua faktor. Faktor-faktor ini adalah (a) kemiripan objek pengganti dengan objek aslinya, dan (b) sanksi-sanksi dan larangan-laranganyang diterapkan masyarakat.
       I.            Tahapan-tahapan Perkembangan
Anak melewati serangkaian tahap yang secara dinamis berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian suatu periode lima atau eman tahun berikutnya periode-laten-dinamika tersebut kurang lebih menjadi stabil. Dengan datangnya masa adolesen, dimanika itu muncul lagi kemudian secara bertahap menjadi tenang ketika remaja memasuki dewasa. Bagi Freud tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan selama lima tahun pertama ditentikan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh tertentu.
ü  Tahap Oral
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral  ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.

ü  Tahap Anal
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus.  Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
ü   Tahap Phalik
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus.  Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
ü  Tahap Latensi
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
ü  Tahap Genital
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Meskipun demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia tidak mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.
V.      Implikasi Teori Kepribadian Psikoanalis Terhadap Bimbingan dan Konseling
Psikoanalisis dipandang sebagai pendekatan atau metode terapi (Bimbingan dan Konseling). Ada beberapa Implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut ;
1.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Koseling bertujuan untuk ;
Ø  Memperkuat ego, sehingga mampu mengontrol dorongan-dorongan instrinsik
Ø    Meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan bekerja
2.      Metode Bimbingan dan Konseling
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan konseling adalah represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisa pengalaman masa lalu pasien. Beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu;
               i.          Asosiasi Bebas
Klien diminta untuk mengatakan (mengungkapkan) apa saja yang berada dalam pikirannya (perasaannya).
             ii.           Analisis Mimpi
Untuk menelusuri akar masalah yang dialami klien dapat dengan cara mengungkapkan isi mimpinya, karena ketika tidur maka keadaan ego menjadi lemah untuk mengontrol dorongan-dorongan Id atau hal-hal yang tidak disadari, sehingga dapat mendesak ego untuk memuaskannya.
           iii.           Interpretasi
Setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudian konselor mulai menginterpretasi masalah klien, dan terdorong untuk mengakui ketidaksadarannya baik terkait dengan pikiran, kegiatan atau keinginan-keinginannya.
           iv.           Resistansi
Sikap resisten dipicu oleh ketidaksadaran dan pertahanan diri yang terancam, resistensi klien dinyatakan dalam banyak cara seperti; tidak menepati janji, menolak interpretasi dan banyak mengahabiskan waktu untuk diskusi
             v.          Transferensi
Transferensi terjadi ketika klien merespon analisa konselor sebagai figure orangtua, respon ini bisa bersifat positif dan bisa juga negative tergantung pada suasana emosional yang dialaminya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya reaksi-reaksi atau konflik-konflik lama.
Reaksi transferensi klien terhadap konselor dipengaruhi oleh prasangka-prasangka yang tidak realistic sebagai refleksi dari suasana emosional masa lalunya.
VI.      Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Teori psikoanalisis dipandang banyak orang sebagai teori yang controversial, terutama yang  terkait dengan pelecehan harkat – martabat manusiadan kesucian agama. Freud tidak menempatkan manusia tidak lebih mulia daripada hewan.
Komentar para ahli antara lain ;
ü  Djamaludin A dan Fuat NS 1994:68
“Kita semua tahu setengah abad lebih yang silam, penelitian – penelitian yang dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya telah mengakhiri kecongkakan manusia, sungguh manusia bukanlah makhluk yang berbeda apalagi lebih unggul dari pada binatang.”
ü  Malik B Badri 1986 :43
Mengemukakan bahwa para psikolog bereksperimen dan menganut aliran tingkah laku mengkritik teori psikoanalisis hanya sebagai spekulasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui observasi dan oleh karena itu tidak ilmiah.
ü   Muh.Quthb, 1989:24
Carl Gustav Jung dalam bukunya “Memorial of Freud” mengatakan “Freud telah berwasiat kepadaku, bahwa wajib menghancurkan semua kepercayaan agama.”
ü  Hartman (Bapak psikologi ego)
Ego tidak berkembang dari id, karena setiap system adalah asli, predisposisi yang inhern, dan masing-masing independen dalam perkembangannya. Proses ego dinetralisasi dari energy seksual dan agresif. Fungsi ego bukan reality testing sebagai pemuas id, akan tetapi adavtive function terhadap dunia luar. Inilah cognitive processes seperti mempersepsi, mengingat dan berpikir.
ü  Ronald Fairbairn
Mengemukakan ;
  1. Ego berada sejak lahir, yang memiliki struktur dinamika sendiri, dan sumber energy sendiri
  2. Dalam kenyataan, yang ada hanya ego, sedangkan id tidak ada. Oleh karena itu tidak ada konflik antara id dan ego
  3. Ego berfungsi untuk mencari (seek), menemukan (find), dan membangun relasi dengan objek-objek di dunia luar.

Carl Gustav Jung Tokoh psikoanalisis lainnya selain Freud adalahCarl Gustav Jung, dia adalah pencetus ide ketaksadaran kolektif (collective unconscious). Sistem psikologinya hampir sama dengan Freud, tapi memiliki beberapa jalan yang berbeda. Dia menyebut sistemnya ‘Psikologi analitik’ (Analitical Psycology).
Perbedaan Utama pada Teori Libido. Freud memperlihatkan libido terutama dalam konteks seksual, sedangkan Jung memperlihatkan sex sebagai hanya salah satu bagian penggerak kekuatan dari libido. Jung berpendapat bahwa libido sapat mengekspresikan dirinya salam cara yang lain tergantung dari apa yang paling penting bagi individu pada suatu saat. Jung menolak dasar teorinya sebagai seksual secara eklusif yang memberikannya interpretasi pada kelakuan Feud yang mengekspresikan hanya pada term seksual.
Contoh dari ini adalah selama pase pre-seksual (3-5 tahun pertama) Jung berpendepat energi libido (libidinal energy) merupakan fungsi dari nutrisi dan pertumbuhan, tanpa adanya pengaruh dari libido seksual seperti pada pemikiran Freudian. Dia juga menolak Oedipal complex-nya Freud dan dia lebih berpandangan terhadap penggabungan antara perasaan seksual dengan tendensi pertahanan hidup daripada konsep Freud tentang ketergantungan (misalnya: makanan, kelangsungan hidup) anak yang diperlihatkan pada ibunya. Jung berpendapat bahwa perasaan sexual merupakan faktor yang memberikan kontribusi, tapi bukan faktor yang utama.
Pandangann Jung terhadap Pikiran (mind Menggunakan psyche untuk merujuk pada pikiran. 3 level pikiran
1. Kesadaran (Conscious)
2. Ketidakesadaran personal (Personal Unconscious)
3. Ketidaksadaran kolektif (Collective Unconscious)
Jung percaya, terlalu banyak hal penting yang diletakan pada alam pikiran sadar (conscious). Dia memperlihatkan ketaksadaran sebagai bagian yang paling penting dalam alam pikiran (mind), dan membaginya kedalam dua bagian:
Ketaksadaran Personal yang dimiliki tiap individu, dan berisi impuls-impuls, harapan, dan pengalaman personal.
Ketaksadaran Kolektif yang merupakan bagian yang paling besar pada ketaksadaran, dan merupakan teori intriguing terpenting dari Jung. Dia menteorisasi bahwa ada bagian pokok ketidaksadaran dari pikiran yang penuh ide dan pengalaman yang terbangun hingga sangat kuat, dan tersembunyi dalam sektor masing-masing alam pikiran ketidaksadaran kita yang dimulai sejak keberadaan ras manusia.
Buku Schultz “A History OF Modern Psychology” menjelaskan teori ini seperti sekumpulan kepulauan. Pulau-pulau muncul ke permukaan air seperti kedaran individu, dan bagian dataran yang berada dibawah air seperti ketidaksadaran personal. Bagian dasar yang sangat luas adalah analogi untuk ketidaksadaran kolektif.
Empat Pola Dasar (The Four Archetypes) Jung meperkenalkan ketaksadaran kolektif sebagai pembentuk tendensi pewarisan, yang dinamakannya “archetypes”, dan ini adalah “pre-existing determinants of mental experience” yaitu berarti ketaksadaran kolektif menentukan bagaimana kita berperilaku secara luas.
Acrhetypes
adalah pengalaman, menurut Jung, layaknya emosi dan gambaran mental. Jung dalam studinya tentang kultur dan cara berfikir menemukan 4 archetypes utama yang menonjol.
Persona
Merupakan sebuah penutup menyembunyikan orang sebenarnya. Orang menggunakan ini untuk tampil berbeda pada orang-orang tertentu dan pada situasi sosial dimana ia menginginkan interaksi yang lebih baik. Penutupan seringkali tidak merefleksikan kepribadian orang itu sebenernya.
Anima dan Animus
Merupakan karakteristik gender manusia. Animus berarti karakter maskulin yang ada pada wanita, dan Anima berarti suatu karakteristik wanita (feminim) yang ada pada pria.
Shadow
Merupakan bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan. Pola dasar ini yang memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia. Jung mengklain bahwa ketika kita melakukan sesuatu yang ‘jelek’ maka penyebab
perilaku tersebut adalah shadow personality. Intro/Extroversion
Teori Jung yang paling populer adalah pembagian sifat manusia kedalam sifat introvert dan ekstrovert.
Introversion
Merupakan bagian libido yang mengatur kedalam diri (Inwards). Dengan bagian ini individu mejadi lebih memiliki keinginan untuk berusaha, berinstrospeksi, dan memiliki ketahanan terhadap pengaruh dari luar. pengaruh dari luar. Kurang percaya diri ketika berhubungan dengan dunia luar dan cenderung menjadi malu atau anti-sosial.
Extroverted
Merupakan libido yang mengatur keluar dari diri manusia, kejadian dan situasi tertentu. Seseorang yang bertipe ini memiliki pengaruh yang sangat kuat pada lingkungannya dan sangat berdifat sosial, memiliki kepercayaan diri yang baik pada banyak situasi.
Jung percaya bahwa kedua sisi tersebut ada pada individu secara luas, dan kita tidak mungkin menemukan seseorang yang yang introvert total atau extrovert total. Faktor-faktor eksternal cenderung memiliki pengaruh yang besar pada sisi dominan mana yang akan muncul dan seberapa besar sisi kepribadian tersebut mendominasi seseorang. Sebagai contoh, orang yang secara normal pemalu bisa menjadi extrovert pada situasi ketika dia merasa benar-benar tertarik dan merasa nyaman.



DAFTAR PUSTAKA
Derlega, vorelian S., Barbara winstead., Jones. 2005. Personality Contemporary Theory And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth.
Friedman, Howard., Miriam W Schustack. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan riset Modern edisi ke tiga. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hall, calvin S., Lindzey. Garner. 1985. Introduction to Theories Of Personality. New York: John wiley And sons.
Pervin, Lawrence. 1984. Personality: Theory And Research 4rd Ed, New York: John wiley & sons Inc
Winkel. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Yusuf SLN dan Juntika N. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Calvin S. Hall (1959). Sigmund Freud. Suatu pengantar ke dalam ilmu jiwa Sigmund freud. Jakarta. PT. Pembangunan
Raymond Corsini, Ph.D (2003).Psikoterpi dewasa ini.dari psikoanalisa hingga analisis       transaksional. Surabaya.IKON
Schustack Miriam W,Friedman Howard S (2006). Kepribadian,Teori Klasik dan Riset Modern.    Jakarta. Erlangga
Yusuf Prof. Dr.Syamsu. L.N., Nurihsan,Dr. Juntika. (2007) Teori Kepribadian. Bandung : PT Remaja Rosdakarya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar