A.
Pengertian Kepribadian.
Pada jaman SM, pengertian kepribadian dibagi 2 yaitu:
1.
Golongan Prailmiah yang memahami kepribadian manusia berdasarkan gurat2
tangan (rajah), astrologi (ilmu bintang), grafologi (ilmu tentang tulisan
tangan), phisiognomi (ilmu tentang wajah). Phrenology (ilmu tentang tengkorak),
sertrta onychologi (ilmu tentang kuku).
2.
Golongan Ilmiah yang memahami kepribadian manusia berdasarkan cairan
yang ada dalam tubuh manusia (suryabrata, 1995).
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang
merujuk pada topeng yang biasa digunakan paran pemain sandiwara di zaman
Romawi. George Kelly memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari
individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Pervin dan Jhon
mengemukakan bahwa kepribadian mewakili karakteristikindividu yang terdiri dari
pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Gordon allport merumuskan
kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing
dan member arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih
lengkap Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang
dinamis dari system psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan
pikiran individu secara khas. Psikofisik menunjukkan bahwa jiwa dan raga
manusia adalah suatu system yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan
tingkah laku. Freud (1986) mengemukakan bahwa kepribadian murni hasilpengaruh
dari luar dirinya. Apakah itu pengaruh perlakuan orang tua sejak masa kandungan
hingga masa kecil, maupun pengaruh perlakuan orang yang ada disekitarnya. Freud
menyatakan bahwa individu itu sendiri tidak tahu dan bahkan tidak dapat
mengubah takdirnya sendiri. Eysenck mendefenisikan kepribadian sebagai
keseluruhan pola prilaku baik actual maupun potensial dari organism yang
ditentukan oleh pembawaan lingkungannya (Suryabrata, 1995). Sebagian besar
batasan melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi
hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasikan oleh
kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai organisasi
yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita. Sebagian besar batasan
menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan
istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui
studi tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang
membedakannya dengan individu lainnya diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat
dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang
unik dan khas pada diri setiap orang.
Struktur kepribadian ada 4 menurut Eysenck (Suryabrata,
1995):
1.
Spesifik response: tindakan yang terjadi pada suatu keadaan atau
kejadian tertentu.
2.Habital
response : mempunyai corak yang lebih umum, yaitu respons yang
berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau
situasi yang sejenis.
3.
Trait : sementara habitual response yang paling berhubungan satu sama
lainnya yang cenderung pada individu tertentu.
4.
Type : organisasi dalam individu yang lebih umum, lebih mencakup lagi.
Struktur kepribadian menurut Jung (Suryabrata,1995; Hall
& Lindzey):
1.
Ego : jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan,
pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar.
2.
Ketidaksadaran pribadi: daerah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari
pengalaman-pengalaman sadar yang direpresikan.
3.
Ketidaksadaran kolektif : salah satu dari segi-segi teori kepribadian
Jung yang paling original dan controversial.
4.
Persona : topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap
tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap
kebutuhan-kebutuhan arketipal pribadi.
5.
Pemindahan energy psikis : energy dapat dipindahkan dari satu system ke
system yang lainnya. Proses transfer ini terjadi sesuai prinsip-prinsip dasar
dinamika, yang disebut dengan istilah sublimasi dan represi.
6.
Jalan kesempurnaan: kepribadian mempunyai kecendrungan untuk berkembang
ke arah suatu kebulatan yang stabil, yang disebutnya sebagai proses
individualisasi.
Aspek-aspek kepribadian menurut Abin Syamsudin (2003)
mencakup:
1.
Karakter : yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2.
Temperamen : yaitu disposisi reaktif dari seseorang. Atau cepat
lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang dating dari
lingkungannya.
3.
Sikap : sambutan terhadap objek yang bwersifat positif, negative atau
ambivalen.
4.
Stabilitas emosi : yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungannya. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih, atau putus asa.
5.
Responsibilitas : (tanggung jawab), kesiapan untukmenerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara
wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6.
Sosiabilitas : yaitu disposisi pribadi yang berkaiatan dengan hubungan
interpersonal, seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemapuan
berkomunikasi dengan orang lain.
1. Tipelogi kepribadian.
Berdasarkan pendapat Jung yang didukung oleh Eysenck
(Suryabrata,1995; Naisaban, 2003) ada dua type kepribadian manusia:
1.
Introvert.
· Berorientasi pada orang yang bersikap tertutup dan
memiliki subjektivitas terhadap dunia.
· Mudah tersinggung, apalgi oleh lelucon yang mengenai
dirinya. Kurang percaya diri, pemalu dan pendiam.
· Biasanya hidup dengan dunia yang penuh dengan
fantasi,impian dan persepsi individualis, memiliki nilai estetika yang tinggi,
suka aktivitas yang bersifat artistic dan memiliki nilai ekonomi yang rendah
dalam arti tidak menyukai hal-hal yang bersifat bisnis dan
keuangan.memilikikekuatan untuk cenderung menuju meditasi dan berfikiran
reflektif, seorang pemimpi, imajiner, dan filosofis.
2.
Extrovert.
· Adalah kepribadian yang menyenangi bersama orang lain,
tidak merasa terpaksa untuk bersama orang lain atau hadir dalam acara-acara
social, tidak merasa kaku untuk berbicara didepan khayalak ramai yang belum
dikenal, mudah bergaul dean menyenangi bertemu dengan orang-orang yang baru.
Tidak kaku dan canggung dalam pergaulan, biasanya dia disenangi oleh
lingkungannya.
· Berorientasi pada orang yang menuju keterbukaan dan
bersikap objektif terhadap dunia.
· Sebagai pribadi sosial , optimis, berbicara aktif ,
ketergantungan pada kelompok, dapat dipercaya dan mudah beradaptasi.
· Selalu dipengaruhi dunia objektif, dunia diluar dirinya.
Dan selalu berorientasi keluar.
Gallen, seorang ahli filosofi Romawi yang hidup diabad ke-2
masehi, yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian yaitu:
1.
Sanguin
Mempunyai energy yang besar , suka bersenang-senang dan
supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih saying, dukungan, dan
penerimaan orang2 disekelilingnya. Orang yang bertype sanguine suka memulai
percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya
optimis dan selalu menyenangkan. Namun, bila ia tidak teratur, emosional dan
sangant sensitive terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam
pergaulan, orang sanguine sering dikenal sebagai tukang bicara.
2.
Koleris.
Suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan
untuk berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan. Orang yang bertype koleris
menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesame, berusaha mengendalikan dan
mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menberima
tugas-tugas sulit. Tapi juga mereka suka merasa benar sendiri, suka kecanduan
jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap perasaan orang
lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasikan sebagai pelaksanan.
3. Melankolis.
Cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar
kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalamn type ini butuh ruang
dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang bertype
melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka
keteraturan. Karena itu, orang melankolis sering kecewa dan depresi jika apa
yang diharapkan tidak sempurna. Orang melankolis sering diidentifikasikan
sebagai pemikir.
4. Phlegmatis.
Kepribadian yang seimbang, stabil, merasa diri cukup, dan
tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tidak suka mempersoalkan hal-hal
sepele, tidak suka beresiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi
perubahaan. Orang type ini kurang disiplin dan motivasi, sehingga suka
menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban, bukannya
ia kurang cerdas, tapi karena ia lebih cerdas dari yang lainnya. Orang
phlegmatis tidak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak akal
dan bisa mengucapkan kata yang tepat disaat yang tepat, sehingga cocok menjadi
negosiator. Orang phlegmatic kadang diidentifikasikan sebagai pengamat.
B.
Definisi
Teori Kepribadian
Teori dapat diartikan sebagai (a)
sekumpulan asumsi (dugaan, perkiraan, atau anggapan) yang relevan, dan secara
sistematis saling berkaitan; (b) hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan
yang belum diketahui kebenarannya secara pasti, sebelum diverifikasi
kebenarannya (c) sekumpulan asumsi tentang keterkaitan antara
peristiwa-peristiwa empiris (fenomena). Sedangkan definisi lainnya menjelaskan
bahwa teori sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami,
menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut.Boeree
(Yusuf dan Juntika, 2007)
Teori berfungsi untuk: (a) mengarahkan perhatian atau arah
penelitian , dalam arti membantu fakta mana yang relevan bagi satu penelitian
(b) merangkum pengetahuan dalam bentuk generalisasi, atau prinsip-prinsip,
sehingga dapat mempermudah pemahaman tentang fenomena (c) memprediksi atau
meramalkan fakta, peristiwa yang akan datang dengan mempelajari kondisi atau
fenomena yang berkaitan ( yusuf dan juntika, 2007).
Teori mempunyai ciri ciri (a) jelas, dapat dipahami, (b)
komprehensif dapat menjelaskan banyak fenomena yang berkaitan (c) eksplisit,
faktanya dapat diuji atau dites (d) persimoni, dapat menjelaskan data secara
sederhana, dan (e) dapat menghasilkan penelitian lanjutan yang berguna.
Sedangkan kepribadian merupakan terjemahan dari kata personality.
Kata personality berasal dari bahasa latin persona yang
artinya topeng yang digunakan aktor dalam pertunjukan, dalam pertunjukan
tersebut aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli dan menampilkan diri
sesuai dengan kepribadian topeng yang dipakai.
Agar memperoleh pemahaman tentang makna kepribadian perlu
dikemukakan pengertian kepribadian menurut para ahli. Pengertian Kepribadian
menurut para ahli sebagai berikut:
- Woodworth (Yusuf dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas total individu”
- Dashiell (Yusuf dan juntika, 2007) mendefinisikan sebagai” gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”
- Lawrence pervin, 1984 mendefinisikan personality sebagai “personality represents those characteristics of the person or of people generally that account for consistent pattern of behavior”. Pengertian tersebut menurut pervin didasarkan pada hakikat manusia yaitu; (a) manusia itu unik dibanding species lain,seperti bisa berbicara, berpikir, manusia lebih lambat dalam hal kematangan/maturity dibanding species lain (b) perilaku manusia bersifat komplek, jadi untuk memahaminya harus memahami kompleksitas tingkah laku manusia, kadang situasi yang sama bisa dipahami berbeda oleh individu yang berbeda, dan perilaku yang sama mungkin dilatarbelakangi hal yang berbeda dari beberapa orang;(c) perilaku tidak bisa dilihat seperti apa yang tampak, (d) manusia tidak selalu menyadari dan bisa mengontrol apa yang menetukan perilakunya,manusia tidak selalu bisa menjelaskan mengapa dia berperilaku yang sebenarnya berlawanan dengan perilakunya.
- Derlega dkk, 2005 mendefinisikan kepribadian sebagai “ the system of induring, inner characteristic of individual that contributes to consistency in their thoughts, feelings, and behavior” (kepribadian merupakan sistem yang relatif ajeg/ stabil mengenai karakter internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam pikiran,perasaan dan tingkah laku). Derlega menjelaskan tiga poin penting yang terkandung dalam pengertian kepribadian yaitu (a) Enduring artinya kepribadian merupakan karakteristik individu berjalan lama, relatif stabil dalam rentang waktu yang lama, untuk menjelaskan kestabilan respon individu, para ahli membedakan antara istilah trait dengan state, kalau state hanya sementara waktu, hanya respon seseorang pada situasi sekarang, sedangkan traits merupakan respon yang relatif stabil dan berjalan lama yang merupakan respon seseorang untuk mereaksi dalam berbagai kondisi. Maksudnya stabil bukan berarti kepribadian tidak bisa berubah, namun perubahan kepribadian biasanya nampak secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang lama (b) kepribadian Inner atau intrapersonal. Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasa dan berperilaku yaitu yang pertama yang ada di luar individu, sedangkan faktor kedua adalah faktor dari dalam berupa atribut dan proses yang terjadi di dalam individu, jadi perilaku merupakan kombinasi dari 2 fungsi yakni diri dan lingkungan, dalam hal ini ahli psikologi kepribadian berpendapat bahwa faktor intrapersonal memiliki peran yang lebih dalam pembentukan perilaku, mereka lebih fokus dalam memperlajari karakteristik dan proses interpersonal. (c) kepribadian menyangkut konsistensi dalam perilaku.
- Sedangkan Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007) mendefinisikan kepribadian sebagai “ dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment” (kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya). Pengertian menurut Allport bisa dijelaskan bahwa kepribadian berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari waktu ke waktu, situasi ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku (b) Organization artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur kepribadian yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterrelasi (c) kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d) determine menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Teori kepribadian menurut syamsu dan Juntika merupakan
seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi
empirisnya.
Sedangkan
menurut Pervin Teori kepribadian merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan
“ What, how dan why” What terkait dengan apa karakteristik seseorang dan
bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang
lain, seperti pertanyaan apakah dia jujur, apakah dia memiliki kebutuhan
berprestasi yang tinggi?. Pertanyaan how terkait dengan faktor yang
mempengaruhi kepribadian, seperti bagaimana faktor genetis dan faktor
lingkungan berinteraksi dalam membentuk tingkah laku. Sedangkan why merujuk
pada alasan mengapa seseorang berperilaku,berkaitan dengan faktor motivasi yang
menyebabkan seseorang melakukan seseuatu. Seperti pertanyaan mengapa siswa
mengerjakan tugas dari gurunya dengan baik?
C.
Sumber
teori Kepribadian
Teori kepribadian banyak bersumber dari observasi dan
introspeksi mendalam dari para pemikir. Sebagai contoh Freud menghabiskan
banyak waktu menganalissi mimpinya sendiri, dan menganalisis kekuatan dorongan
seksual yang kemudian dari situ ia mengembangkan ide tersebut menjadi teori
komprehensif mengenai jiwa manusia. Cara seperti ini dinamakan dengan
pendekatan deduktif terhadap kepribadian, dimana kesimpulan dihasilkan secara
logis dari premis dan asumsi-asumsi. Dalam deduksi kita menggunakan pengetahuan
kita mengenai hukum atau prinsip dasar psikologi untuk dapat memahami tiap-tiap
orang.
Kedua, teori kepribadian muncul dari penelitian empiris dan
sistematis. Dinamakan dengan pendekatan induktif, pendekatan ini bekerja dari
data menuju terbentuknya teori baru.
Sumber ketiga adalah analogi yang didapatkan dari konsep
disiplin ilmu lain yang terkait. Contohnya, banyaknya kemajuan yang diperoleh
melalaui pemahaman tentang struktur dan fungsi otak melalui medan magnet dan
pencitra Computerized Tomoghraphy yang lebih lanjut dapat membantu dalam
memunculkan cara-cara baru dalam menelusuri struktur psikologis dari otak.
(friedman dan miriam, 2006)
D.
Teori
Kepribadian dan Faktor Yang Menyebabkan Keberagamannya
Sampai saat ini terdapat banyak sekali teori kepribadian.
Setiap teori menjelaskan dengan bangunan teorinya tentang aspek kepribadian,
beberapa teori merupakan teori grand seperti teori psikoanalisis dan teori self
efikasi dan dianggap bebrapa kalangan sebagai teori yang komprehensif.
Secara garis besar teori personality secara mayoritas ada 5
perspektif (Derlega, 2005)
- Perspektif psikodinamika; Teori ini Menekankan bahwa proses bawah sadarlah yang membangun kepribadian,pentingnya dorongan seksual, sedangkan hal yang paling menentukan dalam perilaku adalah pengalaman kanak-kanak, konflik bawah sadar. Teori utama meliputi: Id, ego, Super ego, represi, fiksasi, odipus complex. Tokoh pembangun teori : freud, jung, Adler, Horney
- Perspektif belajar; teori ini menekankan pada proses bagaimana kepribadian dipelajari, hal yang paling menentukan dalam membentuk perilaku adalah proses pengkondisian, teori utama meliputi: stimulus-respon, reinforcemen, pengkondisian klasikal, pengkondisian operant. Tokoh utama adalah: Watson, thorndike, hull, skinner
- Perpekstif humanis; Teori ini menekankan pada perubahan alami dalam pertumbuhan psikologis, factor penentu dalam pembentuk perilaku adalah tendensi dalam aktualisasi, teori utama meliputi fenomenologi, Penghargaan positif yang tulus, aktualisasi diri, sedangkan tokohnya adalah Roger, maslow
- Perspektif kognitif; Teori ini menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi tentang dirinya dan dunianya, factor penentu dalam membentuk perilaku adalah Proses kognitif, teori utama meliputi Skema, atribusi, tujuan, self regulasi, sedangkan tokoh utama adalah Kelly, rotter, bandura, Mischel
- Perspektif Biologi; teori ini menekankan pada anatomi dan fisiologi dari sistem nervous, termasuk pengaruh genetik dan evolusi, sedangkan factor penentu dalam pembentuk perilaku adalah aktivitas otak, aktivitas lain dalam sistem nervous, teori utama berkaitan dengan neurotransmiter, tokoh utama meliputi Eysenc, plomin, D Buss.
Teori diatas berbeda dalam asumsi dalam hal hal utama
pembentuk kepribadian dan tingkah laku, seperti dijelaskan di atas perbedaan
masing masing teori karena asumsi tentang manusia. Memang perkembangan teori
kepribadian tidak terlepas dari pribadi pembangun teori tersebut, pengalaman
hidupnya, dan suasana hidup dimana dia berada. Sedangkan menurut Stefflre
(Yusuf dan juntika, 2007) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
keragaman teori kepribadian, yaitu sebagai berikut:
- Personal, teori merupakan refleksi dari pribadi pembangun teori
- Sosiologis, tempat corak kehidupan social budaya tempat pembangun teori itu hidup.
- Filsafat, cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu fenomena kehidupan.
- Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangun teori.
E.
Sejarah
Teori Kepribadian
o Teater dan presentasi Diri
Awal dari teori kepribadian dapat ditelusuri melalui teater.
Theophrastus, murid aristoteles adalah salah satu pencipta pertama sketsa
karakter yang mendeskripsikan mengenai tipe orang pada umumnya, seperti seorang
yang rapi, pemalas, atau kasar. Sedangkan orang Romawi kuno menggunakan topeng
dalam teater untuk menekankan bahwa mereka sedang memainkan karakter yang
berbeda dengan diri merka sendiri, ini menandakan adanya kekaguman terhadap
hakikat sebenarnya. (friedman dan miriam, 2006).
o Agama
Fokus Agama Yahudi, kristen, Islam, mempercayai bahwa
manusia diciptakan menurut citra Tuhan, dan bertujuan untuk berjuang demi
kebaikan, dan melawan yang jahat, dalam tradisi ini sikap dasar manusia pada
hakikatnya adalah spiritual.
Sedangkan agama timur berfokus pada kesadaran diri, dan
pemenuhan spiritual, perhatian juga banyak diarahkan pada meditasi dan
perubahan tingkat kesadaran (kesurupan), fokus ini memainkan peranan penting
dalam aspek-aspek tertentu dalam teori kepribadian modern seperti teori abraham
maslow. (friedman dan miriam, 2006)
o Evolusi Biologis
Pengaruh terhadap tori kepribadian yang paling jelas adalah
perkembangan biologi selama abad 19, mengapa hewan seperti harimau bersifat
agresif dan penyendiri sementara binatang lain seperti simpanse bersifat sosial
dan kooperatif. Adanya kemunculan teori Evolusi Darwin menjelaskan bahwa
karakter individu yang berevolusi adalah karakter yang memungkinkan individu
tersebut meneruskan keturunan. Contoh, dorongan seks memiliki nilai adaptif,
jadi individu yang tidak memiliki dorongan seks kemungkinan akan tidak dapat
melanjutkan keturunan.
o Pengetesan
Banyak tes yang dibuat untuk mendeskripsikan kepribadian
seseorang, ketika Amerika menghadapi perang dunia I, mereka mempunyai banyak
sekali pekerjaan sehingga mereka berpikir akan melakukannya lebih baik jika
mereka mengukur orang sama dengan mengukur mesin. Banyak penelitian tentang
kepribadian dilakukan guna menghadapi pertempuran atau pertahanan nasional
amerika. Pendekatan ini membawa perspektif yang berbeda terhadap studi mengenai
perbedaan individu.
o Teori Modern
Teori modern secara formal lahir pada tahun 1930an . bentuk
teori tersebut banyak dipengaruhi oleh karya tiga orang; gordon Allport, kurt
Lewin dan henry Murray, Alport menolak ide untuk memecah kepribadian dalam
komponen dasar (seperti sensasi dan dorongan dari dalam diri) dan lebih melihat
sistem yang mendasari keunikan setiap individu. Lewin memberi perhatian teori
kepribadian pada kondisi sesaat individu dan struktur situasi psikologisnya,
dengan kata lain Lewin menekankan ada kekuatan yang mempengaruhi orang dari
waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Sedangkan Murray merupakan
personologist yang mengintegrasikan isu-isu klinis dengan isu-isu teoretis, dia
menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai
cabang dari psikologi yang mempelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhinya, serta menyelidiki perbedaan individu.
F.
Pola
Kepribadian
Menurut Hurlock (Yusuf dan Juntika, 2007) menjelaskan bahwa
pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multidimensi yang
terdiri dari konsep diri sebaga pusat gravitasi kepribadian dan traits sebagai
struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola tersebut.
·
Konsep
Diri
Konsep diri dapat diartikan sebagai ; (a) persepsi,
keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya. (b) kualitas
pensifatan individu tentang dirinya dan suatu sistem pemaknaan individu dan
pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri memiliki 3 komponen yaitu (a) perceptual atau
physical self concept diartikan sebagai citra seseorang tentang kemenarikan
dirinya. (kemenarikan tubuhnya) seperti kecantikan tubuh. (b) conceptual atau
psychological self concept, konsep seseorang tentang kemampuan (keunggulan) dan
ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta meliputi juga
kualitas penyesuaian hidupnya; kejujuran, percaya diri, (c) Attitudinal, yang
menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan
dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggan
dan keterhinaannya. Apabila seseorang sudah masuk masa dewasa, komponen ketiga
ini juga terkait dengan aspek-aspek keyakinan, nilai-nilai, idealitas,
aspirasi, dan komitmen terhadap filsafat hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, self concept ini terdiri atas
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
- The basic self concept diartikan sebagai real self yakni konsep seseorang terhadap dirinya yang meliputi persepsi seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan serta aspirasinya.
- The transitory self concept artinya kadang seseorang meiliki self concept yang kadang dipeganganya, tapi pada waktu lain dilepaskannya.konsep diri ini mungkin menyenangkan mungkin juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, kadang dipengaruhi oleh perasaannya, atau pengalaman yang telah lalu.
- The social self concept jenis ini berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya baik melalui perkataan maupun tindakan perkembangan konsep diri ini dipengaruhi oleh kelompok sosial tempat dia hidup
- The ideal self concept merupakan konsep tentang apa yang diinginkan seseorang terhadap dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya.
·
Traits
Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi
kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang
relatif konsisten dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga
sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari
lingkungan.
Traits
memiliki tiga karakteristik (a) unik, kekhasan dalam berperilaku, (b)traits itu
kemungkinan ada yang disenangi dan ada yang tidak disenangi sebab trait
berhubungan dengan keharmonisan, kepuasan, atau sebaliknya pada orang yang
mempunyai traits tersebut (c) consistency artinya seseorang itu diharapkan
dapat berperilaku atau bertindak secara ajeg.
Faktor yang mempengaruhi traits terdiri dari faktor
hereditas dan faktor belajar. Faktor yang paling mempengaruhi adalah (a) pola
asuh orang tua, dan (b) imitasi terhadap idola
G.
Karakteristik
Kepribadian
Kata kunci dari kepribadian adalah adjustmen. Menurut
alexander (syamsu dan juntika, 2007) penyesuaian dapat diartikan sebagai suatu
respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan
konflik dan memlihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan
tuntutan (norma) lingkungan.
Hurlock (dalam Syamsu dan Juntika, 2007) mengemukakan bahwa
karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat ditandai
dengan :
- Mampu menilai diri secara realistis artinya mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri apa adanya. Menyangkut fisik maupun kemampuan.
- Mampu menilai situasi secara realistis. Individu mampu menghadapi situasi yang dialami secara realsistis dan mau menerima secara wajar, tidak bersifat perfeksionos.
- Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, terhadap prestasi yang menonjol seseorang tidak sombong, sedangkan bila gagal tidak mengalami frustasi yang berlebihan namun malah bisa bersikap penuh harapan.
- Menerima tanggung jawab, mempunyai keyakinan dan mempunyai semangat untuk bisa menjalankan tugas dan mengatasi masalah dengan baik.
- Kemandirian
- Dapat mengontrol emosi
- Berorientasi tujuan
- Berorientasi keluar
- Penerimaan sosial
- Memiliki filsafat hidup
- Kebahagiaan
Sedangkan
kepribadian yang kurang sehat ditandai dengan karakteristik:
- Mudah marah
- Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
- Seing merasa tertekan
- Bersikap kejam atau suka mengganggu orang yang lebih muda atau binatang.
- Tidak mampu menghindari perilaku yang menyimpang
- Terbiasa berbohoong
- Hiperaktif
- Memusuhi semua bentuk otoritas.
- Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.
- Sulit tidur
- Kurang bertanggung jawab
- Sering pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis)
- Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
- Bersikap premis dalam menghadapi kehidupan
- Kurang bergairah dalam menghadapi kehidupan!
H.
Faktor
Yang Mempengaruhi kepribadian
Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kepribadian seseorang,
yaitu hereditas (genetika) dan lingkungan (environment).
1.
Faktor
Hereditas (genetika)
Dalam hal ini dijelaskan bahwa seorang pribadi terbentuk
dari kromosom orang tua yang didalamnya terdapat gen yang membawa sifat-sifat
fisik dan psikis seseorang yang menentukan potensi hereditasnya. Hal itu secara
tidak langsung akan membentuk kepribadian seseorang, karena pengaruh langsung
gen terhadap kepribadian seseorang adalah :
§ Kualitas system syaraf
§ Keseimbangan biokimia tubuh
§ Struktur tubuh
Sedangkan
pengaruh tidak langsung hereditas terhadap kepribadian adalah :
v Sebagai sumber bahan mentah
kepribadian yaitu : 1). fisik, hal ini meliputi susunan alat-alat
perlengkapan badan yang bercirikan individual, daya tahan tubuh, juga habitus
individu atau diartikan sebagai bentuk badan yang khas pada setiap manusia
(Winkel, 2010:215), 2). Intelegensi, diartikan sebagai kemampuan untuk
mencapai sebuah prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan
(winkel, 2010:216) dan 3). Temperamen, diartikan sebagai sifat umum alam
perasaan seseorang (winkel, 2010:215).
v Membatasi perkembangan
kepribadian, sehingga mempengaruhi keunikan pribadi. Hal ini berkaitan erat
dari bagaimana seorang individu mau menerima dengan tulus dan mampu menghargai
segala yang ada dalam dirinya, baik secara fisik, intelegensi maupun psikis.
Ada individu yang secara fisik gemuk atau kurus, atau berkulit gelap atau cerah
dan sebagainya, ada individu yang cenderung tertutup dan mudah pesimis, ada
yang trebuka, ceria dan selalu gembira, dan banyak lagi. Ketika seorang
individu mengalami ketidaknyamanan dengan apa adanya dirinya, maka itu akan
menghambat dirinya untuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal, sedangkan
apa adanya dirinya tersebut yang mampu dikembangkan secara baik, itulah
keunikan sebagai pribadi yang berkualitas.
Pada intinya faktor hereditas ini dapat mempengaruhi konsep
diri seseorang sebagai keunikannya, sehingga antara satu individu dengan
individu lainnya akan berbeda dan tidak ada yang memiliki kepribadian yang sama
persis dengan yang lainnya bahkan kembar sekalipun.
Oleh karena itu, Pervin (Yusuf dan juntika, 2007)
menguraikan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hereditas
terhadap kepribadian seseorang :
a)
Penelitian
dengan metode sejarah (riwayat) keluarga, yang dilakukan oleh Galton (1870),
yaitu dengan meneliti kegeniusan seseorang berkaitan dengan sejarah keturunan
dalam keluarga. Dalam hal ini Galton melakukan penelitian terhadap keluarga
(keturunan) Kallikak. Namun hasil penelitian ini dipandang relative kecil
sumbangsihnya terhadap pemahaman mengenai pengaruh hereditas terhadap
kepribadian seseorang, apalagi di jaman seperti sekarang ini yang begitu maju
secara teknologi.
b)
Penelitian
dengan metode selektivitas keturunan, yang dilakukan oleh Tryon (1940), dan
metode yang dilakukan hampir sama dengan yang dilakukan Galton, namun dalam
penelitian ini Tryon menggunakan tikus sebagai objek penelitiannya.
c)
Penelitian
terhadap anak kembar, dilakukan oleh Newman, Freeman dan Halzinger (1937), dan
hasilnya menunjukkan bahwa kembar identik yang dipelihara secara terpisah
memiliki kesamaan dalam hal tinggi dan berat badan serta kecerdasannya.
Demikian juga kembar identik yang dipelihara bersama-sama, lebih memiliki
banyak kesamaan daripada kembar “fraternal”
d)
Penelitian
tentang keragaman postur tubuh, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
karakteristik fisik berhubungan dengan kepribadian seseorang. (1). Kretschmer
mengklasifikasikan postur tubuh individu pada 3 tipe utama dan 1 tipe
campuran yaitu : a. piknis (stenis) : pendek, gemuk, perut besar, dada dan bahu
bulat; b. asthenis (leptosome) : tinggi dan ramping, perut kecil dan bahu
sempit; c. atletis : postur tubuh harmonis (tegap, bahu lebar, perut kuat, dan
otot kuat); dan d. displastis : penyimpangan dari 3 bentuk di atas. (2). Sheldon,
mengklasifikasikan tipe temperamen seseorang dikaitkan dengan tipe postur tubuh
yaitu sebagai berikut : a. Endomorp/piknis (pendek, gemuk) à viscerotonia
àtenang, pandai bergaul, senang bercinta, gemar makan dan tidur nyenyak; b.
mesomorp/atletis (tubuh harmonis) à somatotonia à aktif, asertif, kompetitif,
teguh dan agresif; c. ectomorp/asthenis (tinggi, kurus) à cerebrotonia à
introvert, menahan diri, peragu, kurang berani bergaul dengan orang banyak,
kurang berani bicara di depan banyak orang. (3). Galenus,
mengklasifikasikan tipe temperamen lainnya yaitu :
a. sanguinis, sifat dasarnya
adalah periang, optimistic dan percaya diri. Sifat perasaannya antara lain
mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat
dipercaya karena kurang konsekuen. Orang sanguinis cocok untuk menjadi
seorang salesman, guru, actor, bahkan menjadi pemimpin;
b. melankolis, sifat dasarnya
adalah pemurung, sedih, pesimistis. Sifat perasaannya antara lain tertekan
dengan masa lalu, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen dan bisa
menepati janji, perfeksionis, emosi yang sensitive, rela berkorban dan
analitis. Orang melankolis cocok menjadi seniman, musikus, penemu, ahli
filsafat pendidik; c. koleris, sifat dasarnya adalah selalu merasa
kurang puas, bereaksi negative dan agresif. Sifat lainnya antara lain
emosional, membuat provokasi, sulit mengalah, tidak sabar, kurang memiliki rasa
humor, banyak inisiatif, penuh semangat, bertindak cepat, praktis dan
berkemauan keras dan tidak toleran. Orang koleris cocok menjadi pencetus
gagasan, produser, atau mungkin dictator bahkan penjahat, tergantung pada
kecerdasan moral yang dimiliki; d. plegmatis, sifat dasarnya adalah
pendiam, tenang, netral, stabil. Sifat lainnya adalah merasa cukup puas, tidak
peduli, tidak mudah terharu, pasif, tidak memiliki banyak minta, lambat, hemat,
tertib. Orang plegmatis cocok menjadi diplomat, akuntan, guru, ahli ilmu,
bahkan pemimpin.
Setiap individu memiliki semua tipe
temperamen itu, hanya setiap orang memiliki kecenderungan di salah satu tipe
tersebut, misalnya seorang individu memiliki kecenderungan temperamen
melankolis (60%), dan sisanya adalah tipe yang lainnya.
2.
Faktor
Lingkungan (environment)
I.
Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu
utama pembentukan kepribadian seseorang, karena : 1). Keluarga adalah kelompok
sosial pertama bagi seorang anak, yang akan menjadi pusat identifikasi anak,
2). Anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan keluarga, 3). Anggota keluarga
adalah “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak, 4) keluarga juga
sebagai lembaga yang “selayaknya” memenuhi kebutuhan manusiawinya.
Menurut penelitian yang dilakukan
Baldwin dkk (1945) tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepribadian
anak, ditemukan bahwa pola asuh orang tua itu ada yang demokratis dan
authoritarian. Orang tua demokratis ditandai dengan perilaku :
Ø Menciptakan iklim kebebasan
Ø Respek terhadap anak
Ø Objektif
Ø Mengambil keputusan secara rasional
Dan anak yang berkembang dalam
lingkungan keluarga yang demokratis cenderung akan lebih aktif, lebih bersikap
sosial, percaya diri, orisinil, lebih memiliki keinginan di bidang intelektual,
dan lebih konstruktif dibandingkan anak yang berkembang di lingkungan keluarga
authoritarian.
Sedangkan orang tua autoritarian,
ditandai dengan perilaku sewenang-wenang dan dictator dalam mengasuh anak.
II.
Kebudayaan
Kebudayaan juga mempengaruhi
perkembangan kepribadian seorang individu, secara sadar atau tidak, kebudayaan
sekitar kita tinggal ternyata juga berpengaruh terhadap kepribadian kita. Pola
yang terjadi hampir sama dengan keluarga hanya saja ini sudah melibatkan orang
lain diluar keluarga pokok dan juga meninjau adat istiadat setempat, norma
aturan budaya, kebiasaan dan sebagainya. Seperti contoh : di Manado, orang
makan dengan kaki diangkat ke atas kursi adalah sopan, namun sangat tidak sopan
bagi orang jawa. Seseorang harus mau dan mampu belajar membuka diri untuk
mempelajari semua itu sehingga tidak merasa terbeban ketika harus tinggal
dilingkungan yang berbeda dengan lingkungan tinggal sebelumnya, yang akan
berpengaruh bagi kepribadiannya.
III.
Sekolah
a. Iklim emosional kelas, adalah sikap
guru terhadap siswanya, bila guru bersikap otoriter dan tidak bisa menghargai
siswa makan siswa akan menjadi tegang, mudah marah, malas belajar dan mungkin
saja melakukan sesuatu yang mengganggu ketertiban umum. Namun bila guru bersika
ramah, terbuka dan respek terhadap setiap siswanya, maka siswa pun akan merasa
nyaman di sekolah, bahagia, mau belajar, termotivasi dan mau menaati peraturan.
b. Sikap dan perilaku guru, yang
tercermin dalam hubungannya dengan siswa yang dipengaruhi oleh factor berikut :
sterotype budaya terhadap guru, sikap guru terhadap siswa, metode
mengajar, penegakan disiplin dalam kelas, penyesuaian pribadi guru. Sikap dan
perilaku guru secara langsung mempengaruhi konsep diri siswa, seperti pepatah
jawa bahwa GURU adalah orang yang di GUgu(disegani, panutan) dan ditiRU
(contoh), jangan sampai seorang guru melarang muridnya (SMA) merokok, kalau
guru tersebut perokok berat bahkan merokok di sekolah, semacam itulah contoh
konkretnya.
c. Disiplin atau tata tertib sekolah,
ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa untuk menjadi lebih
disiplin. Disiplin otoriter cenderung mengembangkan sifat pribadi yang tegang,,
cemas, antagonistic, sehingga siswa memiliki kedisiplinan bukan karena
kesadaran dirinya sendiri namun karena ketakutan akan hukuman. Disiplin yang
permisif cenderung mengembangkan sifat pribadi yang kurang bertanggungjawab,
kurang mebghargai otoritas dan egosentris. Disiplin yang demokratis cenderung
mengembangkan perasaan bahagia, tenang, berharga dan sikap bekerja sama.
d. Prestasi belajar, dapat mempengaruhi
kepribadian yang memiliki harga diri, sikap percaya diri atau sebaliknya.
e. Penerimaan teman sebaya. Siswa yang
diterima secara positif oleh teman-temannya, cenderung akan menjadi pribadi
yang mampu lebih menghargai diri dan percaya diri, karena merasa dirinya
berharga.
I.
Perubahan
Kepribadian
Walaupun kepribadian relative konstan, namun seringkali
ditemukan perubahan kepribadian yang disebabkan oleh:
1.
Faktor
Fisik seperti gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-obat terlarang,
minuman keras, dan gangguan karena sakit atau kecelakaan.
2.
Factor
lingkungan seperti krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan
terjadinya masalah pribadi, dan masalah social.
3.
Factor
diri sendiri seperti frustasi yang berekepanjangan, imitasi pada orang yang
berkepribadian menyimpang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi teori kepribadian yang lain :
1. Tradisi observasi klinik, mulai dari
Charcot dan Janet, termasuk Freud, Jung, dan McDougall, paling banyak
menentukan hakekat teori kepribadian melebihi satu faktor tunggal lain manapun.
2. Tradisi Gestalt dan William Stern.
Para teoritikus ini sangat terkesan dengan kesatuan tingkahlaku, dan karena itu
yakin bahwa penelitian yang bersifat segmental atau terpisah-pisah tentang
unsur-unsur kecil tingkahlaku sama sekali tidak akan dapat menjelaskan.
3. Psikologi eksperimental secara umum
dan teori belajar pada khususnya. Gerakan ini memunculkan perhatian yang lebih
besar terhadap penelitian empiris yang dikontrol dengan teliti, pemahaman yang
lebih baik terhadap hakekat penyusunan teori, serta pengetahuan yang lebih
terinci tentang cara-cara mengubah tingkahlaku.
4. Tradisi psikometrik yang berfokus
pada pengukuran dan penelitian tentang perbedaan-perbedaan individu. Sumber ini
telah meningkatkan kecanggihan dalam menyusun skala atau mengukur
dimensi-dimensi tingkahlaku dan menganalisis data secara kuantitatif.
Pengaruh-pengaruh lain bersumber dari genetika, positivisme
logis, dan antropologi sosial, tetapi tidak sebesar pengaruh keempat faktor di
atas.
J.
Teori Kepribadian Psikoanalisis Menurut
Sigmun Freud
I. Tokoh dan Teori dasar Psikoanalisis
Teori psikoanalisis di kembangkan oleh sigmun freud yang
lahir pada tanggal 6 mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 september 1939.
Pada usia 8 tahun freud bermimpi untuk mencapai kemashuran melalui berbagai
penemuan atau penelitian. Untuk maksud tersebut freud mencoba membedah 400
belut jantan, untuk meneliti apakah mereka mempunya testes, penelitian ini
belum membuat dia terkenal akhirnya daia mengalihkan perhatiannya pada
manuasia.
Pada tahun 1873 freud masuk fakultas kedokteran di Wina dan
lulus pada tahun 1881 dengan yudisium excellent. Sebagai seorang ahli neurologi
dia sering membantu masalah-masalah pasiennya seperti rasa takut yang
irrasional, obsesi dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan masalah-masalah mental
freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan psikoanalisis.
Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan
pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Banyak buku yang telah di
tulis freud, dan dari teori freud ini memiliki beberapa kelemahan terutama
dalam hal-hal berikut :
1. Ketidaksadaran (uniconsciousness)
amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa
manusia menjadi budak dirinya sendiri.
2. Pengalaman masa kecil sangat menentukan
atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia
dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3. Kepribadian manusia terbentuk
berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan
seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang
diperhatikan.
II. Struktur Kepribadian
Semua teori kepribadian menyepakti bahwa manusia, seperti
binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motifasi. Insting yang
paling dasar ialah tangisan. Ketika lahir tentunya kekuatan motifasi dalam diri
tentunya belum dipengaruhi oleh dunia luar.kekuatan ini bersifat mendasar dan
individual.
Frued membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen,
yaitu id, ego, dan superego. Prilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi
antara ketiga komponen tersebut.
1) Id (Das Es)
Id berisikan motifasi dan energy
positif dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada
prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang
merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll)
Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera, dan id
orientasinya bersifat fantasi (maya). Untuk memperoleh kesengan id menempuh dua
cara yaitu melalui reflex dan proses primer, proses primer yaitu dalam
mengurangi ketegangan dengan berkhayal.
2) Ego (Das Ich)
Peran utama dari ego adalah sebagai
mediator (perantara) atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan
atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam
mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic
dan berfikir rasional. Dalam proses disebelumnya yaitu proses primer hanya
membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari benda yang akan
memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa yang ada di
das es dan langkah ini melalui proses sekunder. Dalam upaya memuaskan dorongan,
ego sering bersifat prakmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau bersifat
hedonis.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego
adalah :
1. Ego merupakan bagian dari id yang
kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
2. Seluruh energy (daya) ego berasal
dari id
3. Peran utama memenuhi kebutuhan id
dan lingkungan sekitar
4. Ego bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan individu dan pengembanbiakannya.
3) Super Ego (Das Uber Ich)
Super ego merupak cabang dari moril
atau keadilan dari kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata
serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan komponen kepribadian terkait
dengan sytandar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Dengan terbentukny super ego berarti pada diri individu telah terbentuk
kemampuan untuk mengontrl dirinya sendiri (self control) menggantikan control
dari orang tua (out control). Fungsi super ego adalah sebagai berikut :
a.
Merintangi
dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif
b.
Mendorong
ego untuk mengantikan tujuan-tujuan relistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
c.
Mengejar
kesempurnaan. (perfection)
Karakteristik Sisitem Kepribadian Menurut Freud
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
Sistem asli (the true psychic),
bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari insting-insting
dan gudangnya (reservoir) energy psikis yang digunaka ketiga system
kepribadian.
|
Berkembang untuk memenuhi
kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energy dari id.
Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata).
|
Komponen moral kepribadian,
terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum tingkahlaku yang
salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkahlaku yang baik).
|
III. Dinamika Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang
kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari
energy fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa
apabila energy digunakan dalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka
energi itu merupakan energi psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi
jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya.
Instink-instink ini meliputi seluruh energy yang digunakan oleh ketiga struktur
kepribadian (id, ego, dan superego) untuk menjalankan fungsinya. Dinamika
kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energy
psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat
bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a. Instink
Instink merupakan kumpulan hasrat
atau keinginan (wishes). Tujuan dari instink-instink adalah mereduksi
ketegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
Freud mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok,
yaitu:
1. Instink hidup (life instink : eros).
Instink hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah
laku secara positif atau konstruktif, berfungsi untuk melayani tujuan manusia
agar tetap hidup dan mengembangkan rasanya. Energy yang bertanggung jawab bagi instink
hidup adalah libido. Libido ini bersumber dari erotogenic zones yaitu
bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangasangan seperti: bibir/mulut,
dubur dan organ seks).
2. Instink mati (death instink :
thanatos). Instink ini merupakan motifasi dasar manusia yang mendorongnya untuk
bertingkah laku yang bersifat negative atau destruktif. Freud meyakini bahwa
manusia dilahirkan dengan mambawa dorongan untuk mati (keadaan tak barnyawa =
inanimate state). Pendapat ini didasarkan kepada prinsip konstansi dari Fechner
yaitu bahwa proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia yang anorganis.
Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena itu tujuan hidup adalah mati.
Hidup itu sendiri tiada lain hanya perjalanan kea rah mati. Dia
beranggapan bahwa instink ini merupakan sisi gelap dari kehidupan manusia.
Instink mempunyai empat macam karakteristik, yaitu : (a)
sumber (source): kondisi rangsangan jasmaniah atau needs, (b) tujuan (aim):
menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan, sehingga mencapai
kesenangan dan terhindar dari rasa sakit, (c) objek (object): meliputi benda
atau keadaan yang berada di lingkungan yang dapat memuaskan kebutuhan, termasuk
kegiatan untuk memperoleh objek tersebut, (d) mendorong/pergerakan (impetus):
kekuatan yang bergantung pada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Sumber
dan tujuan instink bersifat tetap, sedangkan objek dan penggerak sering
berubah-berubah. Apabila energi instink digunakan untuk mensubstitusi objek
yang tidak asli, maka tingkah laku yang dihasilkannya disebut instink
derivative.
b. Pendistribusian dan penggunaan
Energi Psikis.
Dinamika kepribadian merujuk kepada
cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistribusian dan
penggunaan energi psikis, baik oleh id, ego, maupun superegoengha. Id
menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui
(1) gerakan refleksi dan (2) proses primer (menghayal atau berfantasi).
Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego atau dari id ke superego
disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan (1) memuaskan
dorongan atau instink melalui proses sekunder, (2) meningkatkan perkembangan
aspek-aspek psikologi, (3) mengekang menangkal id agar tidak bertindak
impulsive atau irasional dan (4) menciptakan integrasi di antara ketiga sistem
kepribadian dengan tujuan terciptanya keharmonisan dalam kepribadian, sehingga
dapat melakukan transaksi dengan dunia luar secara efektif. Seperti halnya ego,
superego memperoleh energy itu melalui identifikasi.
Oleh
karena itu dalam proses pendistribusian energy itu terjadi persaingan antara
ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik diantara ketiganya tidak
dapat dielakan lagi. Disamping itu ada kemungkinan, ego mendapat tekanan yang
begitu kuat, baik dari id maupun superego.
1. Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil
dari rentetan konflik internal yang terus menerus. Konflik (peperangan) antara
id, ego, superego adalah hal yang bisa (rutin). Feurd menyakini bahwa
konflik-konflik itu bersumber kepada dorongan-dorongan seks dan agresif.
Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun tidak
disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan (anxiety). Kecemasan ini
dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat di kontrol,
sehingga melahirkan suasana yang mencekam/mengerikan. Setiap orang berusaha
untuk membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering
menggunakan mekanisme pertahanan ego.
2. Kecemasan
Kecemasan mempunyai peranan sentral dalam teori psikoanalisis,
kecemasan digunakan oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya yang
mengancam. Perasaan terjepit dan terancam disebut kecemasan (anxiety). Perasaan
ini berfungsi sebagai ego bahwa ketika dia bertahan sambil tetap
mempertimbangkan kelangsungan hidup organism, dia sebenarnya sedang berada
dalam bahaya.
Freud
mengklasifikasikan kecemasan dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut:
Tipe kecemasan
|
Pengertian
|
Kecemasan
Realistik
|
Resrpon
terhadap ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya
yang nyata(real) yang berada di lingkungan. Contoh seorang merasa takut bila
di depannya ada ular. Maka orang tersebut mengalami kecemasan realistik.
|
Kecemasan
Neurotik
|
Respon
yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang
berdasarkan pengalaman masa anak yang terkait dengan hukuman yang maya
(hayalan) dari orang tua atau orang lain yang mempunyai otoritas secara maya
pula untuk memuaskan dorongan instinknya. Neurotik adalah kata latin dari
perasaan gugup.
|
Kecemasan
moral
|
Respon
superego terhadap dorongan id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara
“immoral”. Kecemasan ini di wujudkan dalam bentuk perasaan bersalah (guilty
feeling) atau rasa malu (shame). Seseorang yang mengalami kecemasan ini,
merasa takut akan dihukum oleh superegonya atau katahatinya.
|
3. Mekanisme Pertahanan Ego.
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang
bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik
khusus yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau
mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan
sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari
emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego
berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan
superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan
diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh
dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang
lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
Jenis-jenis
mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut.
a) Represi
Represi merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam
tak sadar, ka, orang atau karena mengancam keamanan ego. Anna Freud mengartikan
pula sebagai “melupakan yang bermotivasi”, adalah ketidakmampuan untuk
mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan. Represi
merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran atau
perasaan (kateksis objek = id) yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari
kesadaran oleh antikateksis (ego). Orang cenderung merepres
keinginan atau hasrat yang apabila dilakukan dapat menimbulkan perasaan
bersalah (guilty feeling) dan konflik yang menimbulkan rasa cemas atau merepres
memori (ingatan) yang meyakitkan.
b) Projeksi
Projeksi merupakan pengendalian pikiran, perasaan, dorongan
diri sendiri kepada orang lain. Dapat juga diartikan sebagai mekanisme
perubahan kecemasan neurotik dan moral dengan kecemasan realistik. Anna freud
mengatakan projeksi sebagai penggantian kea rah luar atau kebalikan dari
melawan diri sendiri, mekanisme ini meliputi kecendrungan untuk melihat hasrat
anda yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Projeksi memungkinkan orang
untuk mengatakan dorongan yang mengancamnya dengan menyamarkanya sebagai
pertahanan diri. Projeksi bertujuan untuk mengurangi pikiran atau perasaan yang
menimbulkan kecemasan.
c) Pembentukan Reaksi (Reaction
Formation).
Pembentukan reaksi atau reaksi formasi ialah suatu mekanisme
pertahanan ego yang mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadarannya (Hall dan Gardner).
Dapat juga di artikan pergantian sikap dan tingka laku dengan sikap dan tingkah
laku yang berlawanan. Bertujuan untuk menyembunyikan pikiran dan perasaan yang
dapat menimbulkan kecemasan. Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau
perilaku yang berlebihan atau bersifat kompulsif, biasanya dari perasaan yang
negatif ke positif meskipun kadang-kadang terjadi dari negatif ke positif.
Dalam hal ini Freud berpendapat bahwa laki-laki yang suka mencemoohkan
homoseksual merupakan ekspresi dari perlawanannya akan dorongan-dorongan
homoseksual dalam dirinya sendiri.
d) Pemindahan Objek (Displacement)
Displacement adalah suatu mekanisme pertahanan ego yang
mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang
yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau, Corey (2003:19). Menurut Poduska
(2000:119) displacement ialah mekanisme pertahanan ego dengan mana anda
melepaskan gerak-gerik emosi yang asli, dan sumber pemindahan ini dianggap
sebagai suatu target yang aman. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan
kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah
kedudukannya.lebih lanjut dikatakan pemindahan objek ini merupakan proses
pengalihan perasaan (biasanya rasa marah) dari objek (target) asli ke objek
pengganti. Contohnya: seorang pegawai yang dimarahi atasannya di kantor, pada
saat pulang dia membanting pintu dan marah-marah pada anaknya.
e) Faksasi
Faksasi ini merupakan mekanisme yang
memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena cemas
untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Faksasi ini
bertujuan untuk menghindari dari
situasi-situasi baru yang dipandang
berbahaya atau mengakibatkan frustasi. Contohnya
anak usia 7 tahun masih ngeisap jempol dan belum berani berpergaian tanpa
ibunya.
f) Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa di mana seseorang
mengalami tekanan psikologis. Kerika kita menghadapi kesulitan
atau ketakutan, perilaku kita sering menjadi
kekanak-kanakan atau primitif. Dapat
dikatakan pula pengulangan
kembali tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau
usia sebelumnya (perikaku kekanak-kanakan). Contohnya seorang yang baru
pensiun akan berlama-lama duduk
di kursi goyang dan bersikap seperti
anak-anak, serta menggantungkan hidupnya pada isntrinya.
g) Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan penciptaan kepalsuan (alas
an-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku yang
tidak dapat diterima. Menurut Berry (2001:82),
rasionalisasi ialah mencari pembenaran atau alasan bagi prilakunya, sehingga
manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya.
Rasionalisasi ini terjadi apabila individu mengalami kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan, dorongan atau keinginannya. Dia mempersepsikan kegagalan tersebut
sebagai kekuatan yang mengancam keseimbangan psikisnya (menimbulkan rasa
cemas).
h) Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah berbagai rangsangan yang tidak
diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk
lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial. Dengan kata
lain sublimasi ini merupakan pembelotan atau penyimpangan libido seksual kepada
kegiatan yang secara sosial lebih dapat diterima. Dalam banyak cara,
sublimasi merupakan mekanisme yang sehat, karena energi seksual berada di
bawah kontrol sosial. Bagi Freud seluruh bentuk aktivitas positif dan kreatif
aadalah sublimasi, terutama sublimasi hasrat seksual.
i)
Identifikasi
Identifikasi merupakan proses
memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu persekutuan
(aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok.
Identifikasi ini juga merupakan satu cara untuk mereduksi ketegangan.
Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau
berhasil dalam hidupnya. Identifikasi dengan penyerangan adalah bentuk
introjeksi yang terfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif,
tapi dari sisi negatif.
IV. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu
gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan
psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia
harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa.
Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang
bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar
5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap halik,
tahap laten, dan tahap genital.
Freud yakin “Anak adalah ayah manusia” adalah menarik
menentukan preferensi kuat pada penjelasan genetik atas tingkah laku orang
dewasa semacam itu, Sementara Freud sendiri jarang menyelidiki anak-anak kecil
secara langsung. Ia lebih suka melakukan menyelidiki struksi tentang kehidupan
masa silam seseorang berdasarkan evidensi yang terdapat dalam
ingatan-kenangannya di masa dewasa.
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber
tegangan pokok, yaitu (a) proses pertumbuhan fisiologis, (b) frustasi-frustasi,
(c) konflik-konflik, dan (d) ancaman-ancaman. Sebagai akibat langsung dari
meningkatnya ketegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber ini, sang
pribadi terpaksa mempelajari cara-cara baru mereduksikan tegangan. Proses
belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangn kepribadian.
Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara
yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustrasi-frustrasi,
konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang
digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikanya
bagian yang tak terpisahkan dari kribadiannya sendiri. Freud lebih suka memakai
istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapat bahwa imitasi
mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan
sementara padahal ia menginginkan suatu kata yang mengandung pengertian tentang
sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen kepada
kepribadian.
Identifikasi juga merupakan cara dengan mana orang dapat
memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang. Dengan mengidentifikasikan
diri dengan orang terkasih yang telah meninggal atau terpisah, maka orang yang
telah hilang itu dijelamakan kembali dalam bentuk ciri tertentu yang meresap
atau melekat pada kepribadian seseorang. Identifikasi semacam ini
merupakan dasar pembentukan superego.
Struktur final kepribadian merupakan akumulasi berbagai
identifikasi yang dilakukan pada berbagai masa kehidupan seseorang, kendati ibu
dan ayah mungkin merupakan tokoh-tokoh identifikasi terpenting dalam kehidupan
seseorang.
Pemindahan objek asli yang dipilih instink tidak dapat
dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam
(anti-kateksis), maka suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu
juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya sampai
ditemukan objek yang mampu untuk mereduksikan tegangan habis, dan segera dicari
lagi suatu objek tujuan yang cocok. Sepanjang rangkaian pemindahan yang banyak
dan yang merupakan perkembangan kepribadian, sumber dan tujuan instink tetap,
hanya objeknya yang berubah-ubah.
Minat-minat, keterikatan-keterikatan dan semua bentuk lain
motif-motif yang diperoleh tetap bertahan karena gagal memberikan kepuasan yang
sempurna. Setiap kompromi sekaligus adalah penolakan. Seseorang melepaskan
sesuatu yang sesungguhnya diinginkannya tetapi tidak dapat dimilikinya, dan
menerima sesuatu yang kedua atau ketiga terbaik yang dapat dimilikinya (Hall,
1954). Freud mengemukakan bahwa perkembangan peradaban di mungkinkan oleh
pengekangan terhadap pemilihan-pemilihan objek primitive serta pengalihan
energy instink ke saluran-saluran yang dapat diterima oleh masyarakat dan
secara cultural kreatif. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan
yang lebih tinggi disebut sublimasi.
Arah yang ditempuh pemindahan ditentukan oleh dua faktor.
Faktor-faktor ini adalah (a) kemiripan objek pengganti dengan objek aslinya,
dan (b) sanksi-sanksi dan larangan-laranganyang diterapkan masyarakat.
I.
Tahapan-tahapan
Perkembangan
Anak melewati serangkaian tahap yang secara dinamis
berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian suatu periode lima atau
eman tahun berikutnya periode-laten-dinamika tersebut kurang lebih menjadi
stabil. Dengan datangnya masa adolesen, dimanika itu muncul lagi kemudian
secara bertahap menjadi tenang ketika remaja memasuki dewasa. Bagi Freud
tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang
menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan
selama lima tahun pertama ditentikan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh
tertentu.
ü Tahap Oral
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah
makan. Dua macam aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit,
merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari.
Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada
ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari
perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada
masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem
adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
ü Tahap Anal
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di
ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan
pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak
mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu
impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat
mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan
nilai-nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya
konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
ü Tahap Phalik
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat
dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya
organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang
menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks
Oedipus. Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks
Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
Freud
mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis
tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang
biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin
yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan
terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus
dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik
dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
ü Tahap Latensi
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks
agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti
mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya).
Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
ü Tahap Genital
Kateksis-kateksis
dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu
mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan
orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk
tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta
diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis
pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan
impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini
dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Meskipun
demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia tidak
mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang
mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir
organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.
V. Implikasi Teori Kepribadian
Psikoanalis Terhadap Bimbingan dan Konseling
Psikoanalisis dipandang sebagai pendekatan atau metode
terapi (Bimbingan dan Konseling). Ada beberapa Implikasi teori psikoanalisis
terhadap bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut ;
1.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Koseling bertujuan untuk ;
Ø Memperkuat ego, sehingga mampu
mengontrol dorongan-dorongan instrinsik
Ø Meningkatkan kemampuan
individu dalam bercinta dan bekerja
2.
Metode
Bimbingan dan Konseling
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan konseling adalah
represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisa pengalaman masa lalu
pasien. Beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu;
i.
Asosiasi
Bebas
Klien diminta untuk mengatakan (mengungkapkan) apa saja yang
berada dalam pikirannya (perasaannya).
ii.
Analisis Mimpi
Untuk menelusuri akar masalah yang dialami klien dapat
dengan cara mengungkapkan isi mimpinya, karena ketika tidur maka keadaan ego
menjadi lemah untuk mengontrol dorongan-dorongan Id atau hal-hal yang tidak
disadari, sehingga dapat mendesak ego untuk memuaskannya.
iii.
Interpretasi
Setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudian
konselor mulai menginterpretasi masalah klien, dan terdorong untuk mengakui
ketidaksadarannya baik terkait dengan pikiran, kegiatan atau
keinginan-keinginannya.
iv.
Resistansi
Sikap resisten dipicu oleh ketidaksadaran dan pertahanan
diri yang terancam, resistensi klien dinyatakan dalam banyak cara seperti;
tidak menepati janji, menolak interpretasi dan banyak mengahabiskan waktu untuk
diskusi
v.
Transferensi
Transferensi terjadi ketika klien merespon analisa konselor
sebagai figure orangtua, respon ini bisa bersifat positif dan bisa juga
negative tergantung pada suasana emosional yang dialaminya, sehingga dapat
menimbulkan terjadinya reaksi-reaksi atau konflik-konflik lama.
Reaksi transferensi klien terhadap konselor dipengaruhi oleh
prasangka-prasangka yang tidak realistic sebagai refleksi dari suasana emosional
masa lalunya.
VI. Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud
Teori psikoanalisis dipandang banyak orang sebagai teori
yang controversial, terutama yang terkait dengan pelecehan harkat –
martabat manusiadan kesucian agama. Freud tidak menempatkan manusia tidak lebih
mulia daripada hewan.
Komentar
para ahli antara lain ;
ü Djamaludin A dan Fuat NS 1994:68
“Kita
semua tahu setengah abad lebih yang silam, penelitian – penelitian yang
dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya telah mengakhiri kecongkakan
manusia, sungguh manusia bukanlah makhluk yang berbeda apalagi lebih unggul
dari pada binatang.”
ü Malik B Badri 1986 :43
Mengemukakan
bahwa para psikolog bereksperimen dan menganut aliran tingkah laku mengkritik
teori psikoanalisis hanya sebagai spekulasi yang tidak bisa dibuktikan
kebenarannya melalui observasi dan oleh karena itu tidak ilmiah.
ü Muh.Quthb, 1989:24
Carl
Gustav Jung dalam bukunya “Memorial of Freud” mengatakan “Freud telah berwasiat
kepadaku, bahwa wajib menghancurkan semua kepercayaan agama.”
ü Hartman (Bapak psikologi ego)
Ego
tidak berkembang dari id, karena setiap system adalah asli, predisposisi yang
inhern, dan masing-masing independen dalam perkembangannya. Proses ego dinetralisasi
dari energy seksual dan agresif. Fungsi ego bukan reality testing sebagai
pemuas id, akan tetapi adavtive function terhadap dunia luar. Inilah cognitive
processes seperti mempersepsi, mengingat dan berpikir.
ü Ronald Fairbairn
Mengemukakan
;
- Ego berada sejak lahir, yang memiliki struktur dinamika sendiri, dan sumber energy sendiri
- Dalam kenyataan, yang ada hanya ego, sedangkan id tidak ada. Oleh karena itu tidak ada konflik antara id dan ego
- Ego berfungsi untuk mencari (seek), menemukan (find), dan membangun relasi dengan objek-objek di dunia luar.
Carl Gustav Jung Tokoh psikoanalisis lainnya selain Freud
adalahCarl Gustav Jung, dia adalah pencetus ide ketaksadaran kolektif
(collective unconscious). Sistem psikologinya hampir sama dengan Freud, tapi
memiliki beberapa jalan yang berbeda. Dia menyebut sistemnya ‘Psikologi
analitik’ (Analitical Psycology).
Perbedaan Utama pada Teori Libido. Freud memperlihatkan
libido terutama dalam konteks seksual, sedangkan Jung memperlihatkan sex
sebagai hanya salah satu bagian penggerak kekuatan dari libido. Jung
berpendapat bahwa libido sapat mengekspresikan dirinya salam cara yang lain
tergantung dari apa yang paling penting bagi individu pada suatu saat. Jung
menolak dasar teorinya sebagai seksual secara eklusif yang memberikannya
interpretasi pada kelakuan Feud yang mengekspresikan hanya pada term seksual.
Contoh dari ini adalah selama pase pre-seksual (3-5 tahun
pertama) Jung berpendepat energi libido (libidinal energy) merupakan fungsi
dari nutrisi dan pertumbuhan, tanpa adanya pengaruh dari libido seksual seperti
pada pemikiran Freudian. Dia juga menolak Oedipal complex-nya Freud dan dia
lebih berpandangan terhadap penggabungan antara perasaan seksual dengan
tendensi pertahanan hidup daripada konsep Freud tentang ketergantungan
(misalnya: makanan, kelangsungan hidup) anak yang diperlihatkan pada ibunya.
Jung berpendapat bahwa perasaan sexual merupakan faktor yang memberikan
kontribusi, tapi bukan faktor yang utama.
Pandangann
Jung terhadap Pikiran (mind Menggunakan psyche untuk merujuk pada pikiran. 3
level pikiran
1.
Kesadaran (Conscious)
2.
Ketidakesadaran personal (Personal Unconscious)
3.
Ketidaksadaran kolektif (Collective Unconscious)
Jung
percaya, terlalu banyak hal penting yang diletakan pada alam pikiran sadar
(conscious). Dia memperlihatkan ketaksadaran sebagai bagian yang paling penting
dalam alam pikiran (mind), dan membaginya kedalam dua bagian:
Ketaksadaran
Personal yang dimiliki tiap individu, dan berisi impuls-impuls, harapan, dan
pengalaman personal.
Ketaksadaran
Kolektif yang merupakan bagian yang paling besar pada ketaksadaran, dan
merupakan teori intriguing terpenting dari Jung. Dia menteorisasi bahwa ada
bagian pokok ketidaksadaran dari pikiran yang penuh ide dan pengalaman yang
terbangun hingga sangat kuat, dan tersembunyi dalam sektor masing-masing alam
pikiran ketidaksadaran kita yang dimulai sejak keberadaan ras manusia.
Buku
Schultz “A History OF Modern Psychology” menjelaskan teori ini seperti
sekumpulan kepulauan. Pulau-pulau muncul ke permukaan air seperti kedaran
individu, dan bagian dataran yang berada dibawah air seperti ketidaksadaran
personal. Bagian dasar yang sangat luas adalah analogi untuk ketidaksadaran
kolektif.
Empat
Pola Dasar (The Four Archetypes) Jung meperkenalkan ketaksadaran kolektif sebagai
pembentuk tendensi pewarisan, yang dinamakannya “archetypes”, dan ini adalah
“pre-existing determinants of mental experience” yaitu berarti ketaksadaran
kolektif menentukan bagaimana kita berperilaku secara luas.
Acrhetypes
adalah
pengalaman, menurut Jung, layaknya emosi dan gambaran mental. Jung dalam
studinya tentang kultur dan cara berfikir menemukan 4 archetypes utama yang
menonjol.
Persona
Merupakan
sebuah penutup menyembunyikan orang sebenarnya. Orang menggunakan ini untuk
tampil berbeda pada orang-orang tertentu dan pada situasi sosial dimana ia
menginginkan interaksi yang lebih baik. Penutupan seringkali tidak
merefleksikan kepribadian orang itu sebenernya.
Anima
dan Animus
Merupakan
karakteristik gender manusia. Animus berarti karakter maskulin yang ada pada
wanita, dan Anima berarti suatu karakteristik wanita (feminim) yang ada pada
pria.
Shadow
Merupakan
bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan. Pola dasar ini yang
memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia. Jung mengklain bahwa
ketika kita melakukan sesuatu yang ‘jelek’ maka penyebab
perilaku
tersebut adalah shadow personality. Intro/Extroversion
Teori
Jung yang paling populer adalah pembagian sifat manusia kedalam sifat introvert
dan ekstrovert.
Introversion
Merupakan
bagian libido yang mengatur kedalam diri (Inwards). Dengan bagian ini individu
mejadi lebih memiliki keinginan untuk berusaha, berinstrospeksi, dan memiliki
ketahanan terhadap pengaruh dari luar. pengaruh dari luar. Kurang percaya diri
ketika berhubungan dengan dunia luar dan cenderung menjadi malu atau
anti-sosial.
Extroverted
Merupakan
libido yang mengatur keluar dari diri manusia, kejadian dan situasi tertentu.
Seseorang yang bertipe ini memiliki pengaruh yang sangat kuat pada
lingkungannya dan sangat berdifat sosial, memiliki kepercayaan diri yang baik
pada banyak situasi.
Jung
percaya bahwa kedua sisi tersebut ada pada individu secara luas, dan kita tidak
mungkin menemukan seseorang yang yang introvert total atau extrovert total.
Faktor-faktor eksternal cenderung memiliki pengaruh yang besar pada sisi
dominan mana yang akan muncul dan seberapa besar sisi kepribadian tersebut
mendominasi seseorang. Sebagai contoh, orang yang secara normal pemalu bisa
menjadi extrovert pada situasi ketika dia merasa benar-benar tertarik dan
merasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Derlega,
vorelian S., Barbara winstead., Jones. 2005. Personality Contemporary Theory
And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth.
Friedman,
Howard., Miriam W Schustack. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan riset Modern
edisi ke tiga. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hall,
calvin S., Lindzey. Garner. 1985. Introduction to Theories Of Personality.
New York: John wiley And sons.
Pervin,
Lawrence. 1984. Personality: Theory And Research 4rd Ed, New York: John
wiley & sons Inc
Winkel.
2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Yusuf
SLN dan Juntika N. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Calvin
S. Hall (1959). Sigmund Freud. Suatu pengantar ke dalam ilmu jiwa Sigmund
freud. Jakarta. PT. Pembangunan
Raymond
Corsini, Ph.D (2003).Psikoterpi dewasa ini.dari psikoanalisa hingga analisis
transaksional. Surabaya.IKON
Schustack
Miriam W,Friedman Howard S (2006). Kepribadian,Teori Klasik dan Riset
Modern. Jakarta. Erlangga
Yusuf
Prof. Dr.Syamsu. L.N., Nurihsan,Dr. Juntika. (2007) Teori
Kepribadian. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar