A. TEORI EKSISTENSIAL –
HUMANISTIK
Teori dan Pendekatan
Konseling Eksistensial-humanistik berfokus
pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan
suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas
manusia. Terapi eksistensial
berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
lari dari kebebasan
dan bahwa kebebasan
dan tanggung jawab berkaitan. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling menggunakan
sistem tehnik-tehnik yang
bertujuan untuk mempengaruhi
konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi
tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang
berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan
asumsi-asumsi tentang manusia.
Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia
yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan
nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur
dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada
sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang
besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas
manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Terapi
eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan
kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak bayi.
Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing
individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang
berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih
meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung
jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN
Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori
aktualisasi diri di
lahirkan di New York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada
tahun1907. Maslow seorang anak yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan
ibunya yang otoriter yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan
dirinya pada masa kecil sebagai seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic.
Tetapi ,maslow tidak selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya
sendiri. Ia sepenuhnya menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme terkenal
yang mengispirasi banyak perubahan masyarakat kea rah yang positif.
Yang
menarik ,maslow awalnya mempelajari teori behaviorisme.
Ia menyelesaikan tugas tesisnya bersama Harry Harlow, ahli primate yang
berorientasi pada behaviorisme. Tetapi sebagai dosen di Brookklyn College pada
tahun 1940, maslow bertemu dengan banyak intelektual brilian yang kabur ke New
York untk mengindari Nazi, termasuk Erick From,Alfred Adler ,dan Karen Horney .
pengetahuannya yang mendalam mengenai teori behaviorisma membantu maslow untuk
menyerang teori behaviorisme terhadap kreativitas ,permainan , keajaibandan
cinta. Walaupun banyak teori kepribadian yang bersala dari ppenelitian mengenai
orang yang sehat dan ideal .oleh karena itu ,melalui orientasinya yang optimis
dan spiritual,maslow menekankan potensi positif bawaan dalam diri manusia.
Banyak teori kepribadian di dasarkan pada penelitian pasien yang secara
psikologis terganggu, maslow mengambil arah sebaliknya ,yakni meneliti orang
yang sehat secara mental.
C. HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan eksistensial-humanistik
berfokus pada kondisi manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang
menekankan pada suatu pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial, yaitu ;
a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b. Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
D. PERKEMBANGAN PERILAKU
1. Struktur kepribadian.
Teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh
Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan Alwisol 2005 :
252-270)
1) Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa
organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai
rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur
yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada
bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain
2)
Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau
menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang
bebas dan bertanggung jawab.
3)
Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam
proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).Namun
demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan
yang bersifat mendukung.
4)
Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas,
dan terorganisasi.
5)
Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik
atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan
hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6)
Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan
manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan
atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7)
Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
8)
Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang
secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
a.
kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the
physiological needs)
b.
kebutuhan akan rasa aman (the
safety and security needs)
c.
kebutuhan akan cinta dan memiliki
(the love and belonging needs)
d.
kebutuhan akan harga diri (the
esteem needs)
e.
kebutuhan akan aktualisasi
diri (the self-actualization needs)
2. Pribadi sehat dan
bermasalah
a. Pribadi sehat
Pribadi yang sehat menurut pandangan
eksistensial-Humanistik yaitu mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang
dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi secara penuh.
b. Pribadi bermasalah
Pribadi
yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu
memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran
tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat
dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
E. HAKIKAT KONSELING
Hakikat
konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa
artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik
berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan
yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam
konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari
dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus
terjadinya perubahan yang positif.
F. KONDISI PENGUBAHAN
1.
Tujuan
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan
konseling Eksistensial humanistik yaitu :
a.
Agar klien mengalami
keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi –
potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan
kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi”
dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan
otentik :
1)
Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang
2)
Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3)
Memikul tanggung jawab
untuk memilih.
b.
Meluaskan kesadaran diri
klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas
dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c.
Membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima
kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan
deterministic di luar dirinya.
2.
Sikap, peran dan tugas konselor
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi
Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a.
Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.
Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
c.
Mengakui
sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
d.
Berorientasi
pada pertumbuhan.
e.
Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f.
Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
g.
Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
h.
Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i.
Bekerja
kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3.
Sikap, peran dan tugas konseli
Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami
secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya.dia harus aktif dalam
proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan,
perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yang akan
dieksplorasikan.Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi
alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya menjadi riel.
4.
Situasi hubungan
Yang paling diutamakan oleh konselor
eksistensial adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang
bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan
yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien,
karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan
hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh
konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia
seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya
disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk
memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan
krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama
jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan
kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain,
maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan si klien itu (Yalom,
1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa
saling menghormati, yang mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara
otentik menangani kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan
alternatif akan keberadaan mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak
konselor untuk mengajak klien mereka benar-benar menunjukkan keotentikan
dirinya melalui perilaku yang otentik dan pengungkapan diri. Oleh karena itu
konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik. Mereka
bisa menjadi transparan apabila dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan
itu, dan sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi
riilnya oleh klien.
G. MEKANISME PENGUBAHAN
1. Tahap – tahap
konseling
Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan
oleh terapis dalam terapi eksistensial antara lain :
1)
Tahap pendahuluan Konselor membantu konseli
dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka tentang
dunia. Konseli diajak untuk mendefinisikan dan
menayakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan
eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti
nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk
menentukan kesalahannya. Bagi banyak konseli
hal ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh
karena itu awalnya mereka memaparkan problema
mereka. Konselor disini mengajarkan
mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri
dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
2)
Pada
tahap tengah dari konseling eksistensial
Konseli didorong semangatnya
untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas
dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini
biasanya membawa konseli ke
pemahaman baru dan berapa restrukturisasi dari
nilai dan sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan
jenis kehidupan macam apa yang mereka
anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang
jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3)
Tahap
terakhir dari Konseling eksistensial berfokus pada
menolong konseli untuk bisa melaksanakan apa yang telah
mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi
adalah memungkinkan konseli untuk bisa
mencari cara mengaplikasikan
nilai hasil penelitian dan internalisasi
dengan jalan kongkrit. Biasanya konseli menemukan jalan mereka
untuk menggunakan kekuatan itu demi
menjalani konsistensi kehidupannya yang memiliki
tujuan.
2.
Teknik – teknik konseling.
Teori
eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat.
Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya
separti teoriGestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah
menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna
apabila ia memaknainya.
H.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
TEORI EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
a.
Kelebihan
-
Teknik
ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan
kepercayaan diri.
-
Adanya
kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
-
Memanusiakan
manusia.
-
Bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial.
-
Pendekatan
terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti
masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun
masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa
b.
Kelemahan
Eksistensial-Humanistik
-
Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
-
Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
-
Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya
(keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
-
Memakan waktu lama.
I.
SUMBER
RUJUKAN
Amira Diniati (2009), teori-teori konseling,
Pekanbaru : Daulat Riau
Misiak, henryk.2005.psikologi
fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT rafika aditama
http://akhmadsudrajat.woordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar