Laman

Rabu, 15 Januari 2014

TEORI DAN PENDEKATAN KONSELING EKSISTENSIAL – HUMANISTIK


A.    TEORI EKSISTENSIAL – HUMANISTIK
Teori dan Pendekatan Konseling  Eksistensial-humanistik  berfokus  pada  diri  manusia. Pendekatan ini  mengutamakan  suatu  sikap  yang  menekankan  pada pemahaman  atas  manusia.  Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak  bisa  lari  dari  kebebasan  dan  bahwa  kebebasan  dan  tanggung  jawab berkaitan. Pendekatan  Eksisteneial-Humanistik  dalam konseling  menggunakan  sistem  tehnik-tehnik  yang  bertujuan  untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan  terapi  eksistensial-humanistik  bukan merupakan  terapi  tunggal,  melainkan  suatu  pendekatan  yang  mencakup terapi-terapi  yang  berlainan  yang  kesemuanya  berlandaskan  konsep-konsep  dan  asumsi-asumsi  tentang  manusia.
Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
B.     SEJARAH PERKEMBANGAN
Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan di  New York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada tahun1907. Maslow seorang anak yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan ibunya yang otoriter yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya pada masa kecil sebagai seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic. Tetapi  ,maslow tidak selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya sendiri. Ia sepenuhnya menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme terkenal yang mengispirasi banyak perubahan masyarakat kea rah yang positif.
Yang menarik ,maslow awalnya mempelajari teori behaviorisme. Ia menyelesaikan tugas tesisnya bersama Harry Harlow, ahli primate yang berorientasi pada behaviorisme. Tetapi sebagai dosen di Brookklyn College pada tahun 1940, maslow bertemu dengan banyak intelektual brilian yang kabur ke New York untk mengindari Nazi, termasuk Erick From,Alfred Adler ,dan Karen Horney . pengetahuannya yang mendalam mengenai teori behaviorisma membantu maslow untuk menyerang teori behaviorisme terhadap kreativitas ,permainan , keajaibandan cinta. Walaupun banyak teori kepribadian yang bersala dari ppenelitian mengenai orang yang sehat dan ideal .oleh karena itu ,melalui orientasinya yang optimis dan spiritual,maslow menekankan potensi positif bawaan dalam diri manusia. Banyak teori kepribadian di dasarkan pada penelitian pasien yang secara psikologis terganggu, maslow mengambil arah sebaliknya ,yakni meneliti orang yang sehat secara mental.
C.     HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu ;
a.       Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c.       Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
D.    PERKEMBANGAN PERILAKU
1.      Struktur kepribadian.
Teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1)   Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain
2)      Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
3)      Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4)      Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
5)      Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6)      Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7)      Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
8)      Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
a.       kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
b.      kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
c.       kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
d.      kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
e.       kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
2.      Pribadi sehat dan bermasalah
a.    Pribadi sehat
Pribadi yang sehat menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi secara penuh.
b.    Pribadi bermasalah
Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
E.     HAKIKAT KONSELING
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
F.      KONDISI PENGUBAHAN
1.      Tujuan
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik yaitu :
a.       Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1)      Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
2)      Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3)      Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b.      Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c.       Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar dirinya.
2.      Sikap, peran dan tugas konselor
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a.       Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.      Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c.       Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
d.      Berorientasi pada pertumbuhan.
e.       Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f.       Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
g.      Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h.      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i.        Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3.      Sikap, peran dan tugas konseli
Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya.dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasikan.Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya menjadi riel.
4.      Situasi hubungan
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan keberadaan mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa menjadi transparan apabila dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
G.    MEKANISME PENGUBAHAN
1.      Tahap – tahap konseling
Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi eksistensial antara lain :
1)      Tahap pendahuluan Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka  tentang  dunia. Konseli  diajak  untuk mendefinisikan  dan menayakan  tentang  cara mereka memandang  dan menjadikan  eksistensi mereka  bisa  diterima.  Mereka  meneliti  nilai  mereka,  keyakinan,  serta asumsi  untuk  menentukan  kesalahannya.  Bagi  banyak  konseli  hal  ini bukan  pekerjaan  yang  mudah,  oleh  karena  itu  awalnya  mereka memaparkan  problema  mereka.  Konselor  disini  mengajarkan  mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
2)      Pada tahap tengah dari konseling eksistensial
Konseli  didorong  semangatnya  untuk  lebih  dalam  lagi meneliti  sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka.  Proses eksplorasi  diri  ini  biasanya membawa  konseli  ke  pemahaman  baru  dan  berapa  restrukturisasi  dari nilai dan  sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis  kehidupan  macam  apa  yang  mereka  anggap  pantas.  Mereka mengembangkan  gagasan  yang  jelas  tentang  proses  pemberian  nilai internal mereka.
3)      Tahap terakhir dari Konseling  eksistensial  berfokus  pada  menolong  konseli  untuk  bisa melaksanakan apa yang  telah mereka pelajari  tentang diri mereka sendiri. Sasaran  terapi  adalah  memungkinkan  konseli  untuk  bisa  mencari  cara mengaplikasikan  nilai  hasil  penelitian  dan  internalisasi  dengan  jalan kongkrit. Biasanya konseli menemukan  jalan mereka untuk menggunakan kekuatan  itu  demi  menjalani  konsistensi  kehidupannya  yang  memiliki tujuan.
2.      Teknik – teknik konseling.
Teori eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teoriGestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
H.    KELEMAHAN DAN KELEBIHAN TEORI EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
a.       Kelebihan
-     Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
-     Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
-     Memanusiakan manusia.
-     Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
-     Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa
b.      Kelemahan Eksistensial-Humanistik
-     Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
-     Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
-     Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
-     Memakan waktu lama.
I.       SUMBER RUJUKAN
Amira Diniati (2009), teori-teori konseling, Pekanbaru : Daulat Riau
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT rafika aditama
http://akhmadsudrajat.woordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar