A
Pengertian Bimbingan dan
Konseling Islami
Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari
istilah inggris guidance dan counseling. Dalam kamus bahasa Inggris “guidance”
dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut ;
menunjukkan jalan (Showing the way), memimpin (leading); menuntun (conducting);
memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing);
memberikan nasehat (giving advice).
Dalam kamus bahasa Inggris, counseling dikaitkan
dengan kata counsel, yang diartikan sebagai berikut; nasehat (to
abtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take counsel).
dengan demikian, counseling akan diartikan sebagai pemberian nasehat;
pemberian anjuran; dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Dulu
istilah konseling di Indonesia menjadi penyuluhan (nasehat), akan tetapi
istilah penyuluhan banyak digunakan pada bimbingan lain, misalnya dalam
penyuluhan pertanian, dan penyuluhan keluarga berencana, yang sama sekali
berbeda isinya dengan yang dimaksud konseling. Maka agar tidak
menimbulkan salah paham istilah couselling tersebut langsung diserap
menjadi konseling.
Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan
konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang bahwa konseling
sebagai teknik bimbingan, dengan kata lain konseling berada dalam bimbingan.
Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan pencegahan munculnya masalah
yang dialami oleh individu dengan kata lain bimbingan sifat atau fungsinya
preventif (pencegahan), sedangkan konseling sifatnya kuratif dan Korektif.
Namun bimbingan dan konseling dihadapkan pada objek yang sama yaitu problem
sedangkan perbedaannya terletak pada perhatian dan perlakuan dari masalah.
Perbedaan bimbingan dan konseling umum dengan
bimbingan dan konseling Islam menurut Thohari Musnamar, di antaranya yaitu:
1.
Pada umumnya di barat
proses layanan bimbingan dan konseling tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun
ajaran agama. Maka layanan bimbingan dan konseling dianggap sebagai hal yang
semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan
bimbingan dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu
bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling, dalam
ajaran Islam di hitung sebagai suatu sedekah.
2.
Pada umumnya konsep layanan
bimbingan dan konseling barat hanyalah di dasarkan atas pikiran manusia. Semua
teori bimbingan dan konseling yang ada hanyalah didasarkan atas
pengalaman-pengalaman masa lalu, sedangkan konsep bimbingan dan konseling Islam
didasarkan atas, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan
pengalaman manusia.
3.
Konsep layanan bimbingan
dan konseling Barat tidak membahas masalah kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep
layanan bimbingan dan konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati
4.
Konsep layanan bimbingan
dan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri dengan pahala dan dosa.
Sedangkan menurut bimbingan dan konseling Islam membahas pahala dan dosa yang
telah di kerjakan.
Ada beberapa
defenisi tentang bimbingan dan konseling Islam, yaitu :
1.
Thohari mengartikan bimbingan dan konseling Islam
sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
2.
Yahya Jaya menyatakan bimbingan dan konseling
agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada
manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan
dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara individu
maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama,
dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang
terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis.
3.
Ainur Rahim Faqih mengartikan bahwa bimbingan dan
konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang
dialami klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
berdasarkan ajaran Islam. Ciri khas konseling Islam yang paling mendasar
menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky, adalah ;
a.
Berparadigma pada wahyu dan
keteladanan para Nabi, Rasul dan para ahli warisnya
b.
Hukum konselor memberikan konseling kepada klien
dan klien meminta bimbingan kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan
dan bahkan merupakan ibadah
c.
Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat
berakibat fatal baik bagi diri sendiri maupun bagi kliennya
d.
System konseling Islam di
mulai dari mengarahkan kepada kesadaran nurani dan membaca ayat-ayat Allah
e.
Konselor sejati dan utama
adalah mereka yang proses konseling selalu di bawah bimbingan dan pimpinan
Allah SWT dan al-Qur’an.
Peranan agama
dalam bidang bimbingan dan konseling akan memberikan warna, arah dan susunan
hubungan yang tercipta antara klien dan konselor. Prayitno menyatakan
unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dalam konseling, dan justru harus
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai kesuksesan, upaya bimbingan dan
konseling yaitu kebahagiaan klien.
Manfaat pendekatan agama (psikoreligius)
di bidang kesehatan jiwa dibuktikan dari hasil penelitian D.B. Larso yang
menyimpulkan bahwa di dalam memandu kesehatan manusia yang serba komplek ini
dengan segala keterkaitan, hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan (spiritual
power) jangan diabaikan begitu saja karena agama dapat berperan sebagai
pelindung.
Di Florida
Amerika Serikat, terdapat sebuah lembaga penelitian yang meliputi tentang
penyembuhan penyakit jiwa melalui daya pengaruh bacaan Qur’an. Kelompok pertama
terdiri dari orang-orang yang mengerti makna Qur’an, sedangkan kelompok kedua,
tidak mengerti makna ayat-ayat Qur’an. Ternyata kelompok pertama mendapat
penyembuhan secara bertahap dan kelompok kedua memperoleh penyembuhan yang
kurang intensif dibandingkan dengan kelompok pertama.
Ada dua
alasan mendasar mengapa perlu menghadirkan Bimbingan dan konseling Islami.
Alasan yang paling utama adalah karena Islam mempunyai pandangan-pandangan
tersendiri mengenai manusia. Al-Qur’an sumber utama agama Islam, adalah kitab
petunjuk, di dalamnya terdapat banyak petunjuk mengenai manusia. Allah, sebagai
pencipta manusia tentu, tentunya tahu secara nyata dan pasti siapa manusia.
Lewat Al-Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Karenanya
kalau kita ingin tahu bagaimana cara menghadapi manusia secara sungguh-sungguh,
maka Al-Qur’an (wahyu) adalah sumber yang layak dijadikan acuan utama dan tak
pantas untuk dilupakan.
Ajaran Islam
dapat menjadi acuan sebagai landasan yang ideal dalam menjalani kehidupan.
Untuk itu tepatlah kiranya jika teori-teori dan teknik-teknik bimbingan dan
konseling yang lahir di Barat, terlebih dahulu diIslamisasikan sebelum
diterapkan dalam kehidupan. Bimbingan dan konseling Islami memberikan jalan
mencegah dan pemecahan masalah, selalu mengubah orientasi pribadi, penguatan
mental spiritual, penguatan tingkah laku kepada akhlak yang mulia, upaya
perbaikan serta teknik-teknik bimbingan dan konseling lainnya.
Sebagai
catatan penting yang perlu diperhatikan adalah kalimat “Bimbingan dan konseling
Islam” dan “Bimbingan dan konseling Islami” adalah merupakan sebuah kalimat
yang hampir sama namun berbeda. Arif Wibisono Adi dalam tulisannya yang
berjudul kerangka dasar psikologi Islami menyatakan bahwa;
“Yang
sering menimbulkan kontroversi adalah masalah nama. Banyak psikologi Muslim
yang keberatan untuk menyebutnya dengan sebutan Islam, karena seolah-olah di
sini ada otoritas Tuhan. Akibatnya orang-orang takut untuk mengkritiknya lagi,
padahal bagaimanapun ilmu itu dinamis dan selalu berkembang. Selalu ada teori
atau dalil yang tumbang untuk digantikan dengan teori atau dalil yang baru.
Sebagai hasil dari nalar manusia, maka pandangan-pandangan dari ilmu itu bisa
salah dan disalahkan untuk digantikan dengan yang lebih mendekati kebenaran.
Kebenaran yang mutlak tidaklah dapat dicapai oleh manusia. Dengan memakai
embel-embel Islam justru ilmu itu ditakutkan jadi mandek karena orang sudah
tidak berani menumbangkan teori atau dalil-dalilnya lagi dan disangkanya
semuanya sudah benar secara mutlak”.
Menurut Hidayat Nataatmadja (1985),
istilah “…..Islam” sebaiknya digantikan dengan istilah “…..Islami”untuk
membedakan antara wahyu dan ide. Karenanya akan lebih tepat kalau kita menyebut
Bimbingan dan konseling Islami dan bukan Bimbingan dan konseling Islam. Menurut
penulis tidak perlu merombak sama sekali ilmu atau teori-teori Bimbingan dan
konseling Barat yang telah ada, namun cukup hanya dengan sikap kritis dan
selektif dan kemudian hal-hal yang dianggap kurang cocok cukup kita ubah dan
sesuaikan dengan pandangan-pandangan dan ideal-ideal Islam saja. “Bimbingan dan
konseling Islami” dengan menunjang nama itu diharapkan secara langsung
tergambar karakteristik dan identitasnya yang semuanya bermuara pada
nilai-nilai yang Islami. Dan sebagai wadah yang masih menanti kelengkapan isi
rasanya nama tersebut lebih luwes dan luas.
A. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Landasan (dasar pijak) utama bimbingan dan
konseling Islami adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya sumber dari
segala sumber pedoman hidup umat Islam, dalam arti mencakup seluruh aspek
kehidupan mereka, Sabda Nabi SAW.
Artinya : “Hadis dari Malik bahwa
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda; Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua,
yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak
akan pernah salah langkah, sesuatu itu yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul” (H.R.
Malik).
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya dapat
dikatakan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan dan konseling Islami.
Berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan
konsep-konsep (pengertian makna hakiki bimbingan dan kenseling Islam
bersumber).
Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul merupakan landasan utama bagi bimbingan dan konseling Islami,
yang juga dalam pengembangannya dibutuhkan landasan yang bersifat filsafat dan
keilmuan. Al-Qur’an di sebut juga dengan landasan “naqliyah” sedangkan landasan
lain yang dipergunakan oleh bimbingan dan konseling Islami yang bersifat “aqliyah”.
Dalam hal ini filsafat Islam dan ilmu atau landasan ilmiah yang sejalan dengan
ajaran Islam.
Jadi
landasan utama bimbingan dan konseling Islami adalah al-Qur’an dan Sunnah.
Firman Allah SWT dalam surat At-Tin ayat 4, yang artinya sebagai berikut : Artinya : “Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Menurut
Tafsir al-Maraghi sesungguhnya manusia diciptakan dalam bentuk yang paling
baik. Kami ciptakan ia dengan tinggi yang memadai, dan memakan makanannya
dengan tangan, tidak seperti makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya
dengan mulutnya. Lebih dari itu kami istimewakan manusia dengan akalnya, agar
bisa berfikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan
segala inspirasinya.
Al-Qur’an
dapat menjadi sumber bimbingan dan konseling Islami, nasehat, dan obat bagi
manusia. Firman Allah surat al-Isra’ ayat 82 : Artinya : “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.
Menurut Tafsir Tematik Cahaya
al-Qur’an, al-Qur’an merupakan mukjizat Muhammad SAW yang abadi, yang
diturunkan Allah berbagai cahaya dan petunjuk. Di dalamnya terdapat obat bagi
jiwa yang sakit karena penyakit hati dan penyakit kemasyarakatan, seperti
akidah yang sesat dan menyingkap hati yang tertutup, sehingga menjadi obat bagi
hati, seperti layaknya ramuan obat-obatan bagi kesehatan. Jika suatu kaum mau
mengambil petunjuk darinya mereka akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan,
sebaliknya jika mereka tidak mau menerimanya, maka mereka akan menyesal dan
sengsara.
B.
ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAMI
Asas bimbingan dan konseling Islami berdasarkan
al-Qur’an dan Sunnah Nabi di tambah berbagai landasan filosofis dan landasan
keimanan, yaitu :
1.
Asas kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Tujuan bimbingan dan konseling Islami adalah membantu klien mencapai
kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan setiap manusia.
2.
Asas fitrah.
Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien yang
mengenal, memahami, dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak dan tingkah
laku serta tindakkannya berjalan dengan fitrah. Fitrah tersebut. Manusia
menurut Islam dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensi
bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam.
3.
Asas “lillahi Ta’ala”.
Bimbingan dan konseling Islami ini dilaksanakan semata-mata karena Allah
SWT. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugas dengan penuh
keikhlasan. Klienpun menerima, meminta bimbingan dan konseling dengan ikhlas
dan rela pula karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan karena untuk
pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai
makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya. Firman Allah surat
al-Bayinah ayat 5 Artinya : “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”
4.
Asas bimbingan seumur
hidup.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari komponen pendidikan. Oleh
karena itu, pemberian layanan bimbingan dan konseling dilakukan sepanjang hidup
manusia. Manusia yang hidup di dunia tidak ada yang selalu bahagia kadang kala
dalam kehidupan ini akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Untuk itu
di perlukan bimbingan dan konseling Islami yang diharapkan bisa mengatasi semua
permasalahan hidup sepanjang hayat.
5.
Asas kesatuan
jasmani-rohani.
Bimbingan dan konseling Islami memandang manusia sebagai makhluk
jasmaniah-rohaniah tidak memandang sebagai makhuk jasmaniah semata. Untuk itu
bimbingan dan konseling Islami membantu individu untuk hidup seimbang jasmaniah
dan rohaniah.
6.
Asas keseimbangan rohani.
Allah telah memuliakan manusia dengan kelebihan-kelebihan atau
keutamaan-keutamaan yang tidak diberikan kepada makhuk lain selain manusia.
7.
Asas kemaujudan individu.
Bimbingan dan konseling Islami melihat kepada citra manusia menurut
Islam. Seseorang melihat eksistensi tersendiri. Individu mempunyai hak,
mempunyai perbedaan kemerdekaan pribadi.
8.
Asas sosialitas manusia.
Manusia merupakan makhluk social. Hal ini di akui dan diperhatikan dalam
Bimbingan dan konseling Islami. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan
terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, merupakan
aspek-aspek yang diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islami. Dalam
bimbingan dan konseling Islami, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan
hak individu dalam batas tanggung jawab sosial.
9.
Asas kekhalifahan manusia.
Manusia menurut pandangan Islam diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus
tanggung jawab yang besar, yakni mengelola alam, semesta dengan kata lain,
manusia di pandang makhluk yang berbudaya yang mengelola alam sekitar
sebaik-baiknya. Firman Allah surat Fathir ayat 39 Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka
bumi. barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya
sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
10. Asas keselarasan dan keadilan.
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian,
dalam segala segi. Dengan kata lain, Allah menginginkan manusia berlaku adil
terhadap diri sendiri, alam semesta, dan juga kepada Allah SWT.
11. Asas pembinaan akhlakul karimah.
Bimbingan dan konseling Islami membantu klien atau yang dibimbing
memelihara, mengembangkan sifat-sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi
Rasulullah di utus oleh Allah SWT.
12. Asas kasih sayang.
Setiap manusia memerlukan cinta, kasih saying dan rasa saying dari orang
lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal.
Bimbingan dan konseling Islami dilakukan dengan berlandasan kasih sayang, sebab
dengan kasih saying pemberian bimbingan dan konseling akan menyentuh hati dan
tujuan akan cepat tercapai.
13. Asas musyawarah.
Bimbingan dan konseling Islami dilakukan dengan asas musyawarah artinya
antara pembimbing dengan yang di bimbing terjadi dialog yang baik, satu sama
lain tidak mendiktekan, tidak ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat.
14. Asas keahlian.
Bimbingan dan konseling Islami
dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan dan keahlian di
bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi maupun keahlian dalam teknik-teknik
bimbingan dan konseling.
Tanpa bermaksud mengurangi asas dan
berbagai metode yang telah ada diterapkan sekarang, di bawah ini Hanna Djumhana
Bastaman mengajukan tujuh prinsip Islami sebagai bahan pemikiran untuk landasan
metode dan teknik-teknik bimbingan dan konseling Islami. Kelima prinsip itu di
sebut oleh Hanna Djumhana Bastaman sebagai Sapta Asas ISLAMKU (Ibadah,
Silaturahmi, Lugas, Adaptasi, Musyawarah, Keteladanan, dan Upaya mengubah
nasib).Berikut penjelasan sapta asas tersebut :
1.
Ibadah. Pembimbing dan konselor harus memantapkan
niat dan menyadari bahwa tugas memberikan bimbingan kepada seseorang adalah
ibadah, dan amal bakti. Dalam arti psikologi niat identik dengan motif dan
motivasi kerja lebih penting bagi keberhasilan melaksanakan tugas.
2.
Silaturahmi. Islam selalu menganjurkan umatnya untuk
menjalin sillaturahmi sebagai landasan kokoh hubungan sosial. Cara termudah
yang dianjurkan antara lain, dengan jalan mengucapkan salam, bertutur kata
lembut, membiasakan berwajah jernih, saling berjabat tangan, senyuman tulus dan
lain-lain. Dalam bimbingan dan konseling Islami cara-cara tersebut di atas di
sebut rapport yakni usaha untuk saling mengenal antara pihak yang di bimbing
dengan pembimbing untuk menanamkan kepercayaan. Tahap ini merupakan tahap awal
yang menentukan keberhasilan proses bimbingan dan konseling.
3.
Lugas. Pengertian “lugas” mengandung konotasi :
sederhana, langsung, jujur, apa adanya, dan terarah pada sasarannya dalam
mengungkapkan sesuatu. Salah satu prinsip komunikasi modern yang diakui
daya-guna dan hasil gunanya adalah prinsip kesederhanaan (principle of
simplification). Bercorak sederhana dan lugas berarti mudah dipahami oleh para
pendengarnya.
4.
Adaptasi. Adaptasi berarti menyesuaikan tema, isi
dan cara menyampaikan informasi dengan daya tangkap, kepentingan suasana dan
kondisi psikososial penerima informasi. Maksudnya tidak lain supaya penerima
informasi merasa terlibat dengan maksud dan arahan dari informasi yang
disampaikan.
5.
Musyawarah. Pentingnya musyawarah dalam pandangan
Islam terbukti dari adanya sebuah surat yang namanya Asy-Syuura yang artinya
musyawarah. Dalam ayat 38 surat Asy-Syuura ini di katakan: Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedangkan urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka ; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka”.
Musyawarah adalah ungkapan sikap demokrasi dan lawan dari otoriter yang
selalu merasa benar sendiri. Keterampilan musyawarah perlu dikuasai oleh
pembimbing. Misalnya saja dalam bentuk bimbingan kelompok dan konseling
kelompok. Dalam musyawarah ini para pembimbing/konselor diharapkan bersedia
menerima umpan balik (feed back), dan menghindari sikap menggurui, sekalipun
hakekatnya mereka adalah guru dan pendidik.
6.
Keteladanan. Para pembimbing/konselor mempunyai
peluang utuk menjadi panutan dan anutan siswa. Sehingga salah satu tuntutan
tugas mereka adalah harus mampu menjadi suri tauladan siswa. Dalam Islam
keteladanan ini merupakan hal yang paling penting, karena Rasulullah sendiri
sebagai penyebar rahmat Illahi untuk semesta alam (rahmatan lil ‘alamiin)
adalah juga suri tauladan terbaik bagi manusia sepanjang masa (uswatun hasanah),
dan terpancarlah dari diri beliau segala kesempurnaan perilaku yang merupakan
pengejawan-tahan kesempurnaan al-Qur’an (akhlaq al-Qur’an). Hal ini merupakan
isyarat bahwa para pembimbing/konselor siswa harus pula menjadi tauladan siswa
seperti halnya Rasulullah SAW menjadi suri tauladan seluruh umat.
7.
Upaya mengubah nasib.
Tujuan yang utama bagi kegiatan bimbingan dan
konseling adalah menimbulkan kesadaran dan motivasi untuk secara mandiri
meningkatkan kualitas dan taraf hidup. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat ar-Ra’d ayat 11 : Artinya
: “Sesungguhnya Allah tidak mengebah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia adalah
satu-satunya makhluk yang (dalam batas-batas tertentu) memiliki kebebasan
kehendak (free dom of will) untuk merealisasikan secara aktif
potensi-potensinya, serta mampu mengubah nasibnya sendiri selama mereka mau
merubahnya (the self determining being). Kesadaran ini harus mampu ditanamkan
dan bimbingan dan konseling, agar klien tegak mandiri dan tidak tergantung
penuh pada pembimbing.
Prinsip pengubahan nasib yang diungkapkan pada ayat
tersebut tampaknya sederhana dan sejalan dengan ungkapan sehari-hari : “ada
kemauan ada jalan”. Tetapi untuk merealisasikannya bimbingan dan konseling
Islami perlu menyusun strategi seperti: pemahaman diri (self insight),
pengubahan sikap (attitude change), motivasi (motivation), penyelesaian masalah
(problem solving), dan penerimaan diri (self acceptance). Selain itu asas-asas
keagamaan perlu dilibatkan seperti sabar, berserah diri, berdo’a, melakukan sholat
istiqarah, tawakal dan penuh harap kepada-Nya. Sebuah peluang untuk
mengembangkan pola konseling yang Islami. Demikianlah Sapta Asas ISLAMKU
sebagai pemikiran dan saran untuk melandasi metode dan teknik-teknik bimbingan
dan konseling Islami.
D. TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAMI
1.
Tujuan Bimbingan dan
Konseling Islami
Thohari Musnamar membagi tujuan bimbingan
dan konseling Islami menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum
dari bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami adalah ;
a.
Membantu individu agar
tidak menghadapi masalah
b.
Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
c.
Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Tujuan konseling Islami menurut
Hamdani Bakran Adz-Dzuki, adalah :
1)
Untuk menghasilkan suatu
perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi
tenang, jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan
pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
2)
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan
kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan social dan alam
sekitarnya
3)
Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada
individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong-menolong dan rasa kasih saying
4)
Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri
individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat
kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan untuk
menerima ujian-Nya
5)
Untuk menghasilkan potensi ilahiyyah, sehingga
dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan
baik, menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan
dan keselamatan bagi lingkungan pada berbagai aspek kehidupan.
2.
Fungsi Bimbingan dan
Konseling Islami.
Fungsi bimbingan dan konseling Islami dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a.
Fungsi preventif, yakni
membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya
b.
Fungsi kuratif atau korektif, membantu individu
memecahkan masalah yang sedang di hadapi atau di alami
c.
Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga
agar situasi atau kondisi yang semula tidak baik telah menjadi baik
(terpecahkan ) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali)
d.
Fungsi developmental atau pengembangan, yakni
membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah
baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan
menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Berdasarkan fungsi bimbingan dan konseling Islami
di atas, terlihat bahwa substansi layanan tersebut adalah untuk memecahkan
setiap persoalan yang di hadapi oleh peserta didik terutama pada masa remaja
dalam kehidupan sehari-hari serta mengusahakan sedapat mungkin agar masalah
yang sama tidak terulang lagi. Fungsi konseling secara tradisional
digolongkan kepada tiga fungsi, yakni :
1.
Remedial atau rehabilitative
Secara historis konseling lebih banyak memberikan penekanan pada fungsi
remedial karena sangat dipengaruhi oleh psikologi klinik dan psikiatri. Peranan
remedial berfokus pada masalah : penyesuaian diri, menyembuhkan masalah
psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan
emosional.
2.
Fungsi educatif /
pengembangan
Fungsi ini berfokus kepada
masalah : membantu meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan,
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, membantu meningkat
kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan, untuk keperluan jangka pendek,
konseling membantu individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas,
mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi antar pribadi,
memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan sebagainya.
3.
Fungsi preventif/pencegahan
Fungsi
ini membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan
sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya
preventif meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang
dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko
hidup yang tidak perlu terjadi.
Yahya Jaya
menyatakan bahwa ada 4 fungsi bimbingan dan konseling yang dapat dijadikan
sebagai fungsi Bimbingan dan konseling Islami, yaitu :
1.
Fungsi pemahaman. Yaitu fungsi pelayanan bimbingan
dan konseling yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan individu, seperti pemahaman
tentang diri, lingkungan terbatas (keluarga, sekolah) dan lingkungan yang lebih
luas (dunia pendidikan, kerja, budaya, agama, dan adat).
2.
Fungsi pencegahan.Yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya individu dari
berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat atau menimbulkan
kesulitan dalam proses pendidikan dan pengembangannya. Maka peranan
agama Islam terletak pula pada komitmen keberagamaan. Dalam hal ini setiap kali
orang menghayati dan menanamkan nilai-nilai akidah, ibadah, akhlak dan muamalah
yang terdapat dalam agama Islam maka Insya Allah individu/ orang tersebut akan
hidup dengan damai, tenteram dan bahagia.
3.
Fungsi pengentasan. Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu.
4.
Pemeliharaan dan
pengembangan. Yaitu fungsi bimbingan
dan konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai
potensi dan kondisi positif individu dalam rangka pengembangan dirinya secara
mantap dan berkelanjutan. Kalau fungsi-fungsi bimbingan dan konseling ini
fungsional dalam pelayanan, klien akan sampai kepada tujuan bimbingan dan
konseling.
BIDANG LAYANAN DAN JENIS-JENIS PELAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAMI
Bidang Layanan
Bimbingan dan Konseling Islami.
Prayitno mengemukakan bahwa dimanapun ruang lingkup/daerah kerja bimbingan
dan konseling, baik di sekolah, luar sekolah maupun di masyarakat luas, maka
bidang pelayanan bimbingan dan konseling harus mencakup keempat bidang
pelayanan itu, yaitu; bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan pembelajaran,
bimbingan sosial dan bimbingan karir. Berikut penjelasan keempat bidang
bimbingan tersebut Bimbingan pribadi. Adalah bidang layanan bimbingan dan
konseling yang membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri, serta sehat jasmani
dan rohani.
1.
Bimbingan social.Adalah
Bimbingan dan konseling yang membantu individu dalam mengenal lingkungan dan
mengembangkan diri dalam hubungan social yang dilandasi budi pekerti luhur,
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
2.
Bimbingan belajar.Adalah bidang pelayanan
Bimbingan dan konseling untuk membantu individu dalam mengembangkan diri, sikap
dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan
serta menyiapkannya untuk pendidikan yang lebih tinggi.
3.
Bimbingan karier.Adalah
pelayanan Bimbingan dan konseling untuk membantu siswa dalam perencanaan,
pengembangan masa depan, dan kemampuan karier.
Kalau dalam menentukan bidang-bidang pelayanan Bimbingan
dan konseling ini mengikuti di mensi yang ada pada manusia sebagai makhluk
multidimensi, maka bidang pelayanan Bimbingan dan konseling Islami bisa pula
dikembangkan. Kalau manusia multidimensi itu adalah makhluk jasmani, rohani,
beragama, berakhlak, social, berakal dan estetika, tentu ada pula bidang
bimbingan jasmani, bimbingan agama/BKA, bimbingan estetika, bimbingan
pengembangan akal. Khusus tentang dimensi agama, oleh karena agama itu sangat
berpengaruh dalam segala aspek dan aktivitas kehidupan manusia, maka bidang
bimbingan agama /BKA sangat wajar dijadikan salah satu bidang dalam Bimbingan
dan konseling. Bimbingan dan konseling agama sebagai salah satu bidang atau
disiplin ilmu bimbingan dan konseling, substansi keduanya tidaklah jauh berbeda
pengertiannya, perbedaannya hanya terletak pada isi dan pendekatan. Pada
substansinya, baik bimbingan dan konseling agama maupun bimbingan dan konseling
umum adalah pelayanan bantuan kemanusiaan atau pemberian nasehat dalam makna
luas dalam bahasa agama kepada manusia, baik secara individu atau kelompok.
Sedangkan pada esensi utamanya adalah usaha untuk memanusiakan manusia, amar
makruf dan nahi mungkar.
Bukan bimbingan dan konseling namanya, apa pun bidang
bimbingan dan konselingnya, kalau dalam kegiatannya tidak berupaya memanusiakan
manusia dan berupaya amar makruf nahi mungkar. Yahya Jaya menyatakan ada 4
jenis bidang bimbinngan dan konseling Islami sesuai dengan pembagian aspek
agama Islam itu sendiri. Dalam wujud yang lebih jelas keempat ruang lingkup bidang
pelayanan bimbingan dan konseling Islami itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)
Bimbingan akidah adalah bidang pelayanan yang
membantu konseling dalam mengenal, memahami, menghayati, mengamalkan, dan
mengembangkan akidah keimanannya, sehingga menjadi pribadi yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, mantap (istiqamah), dan mandiri (al-kaiyis), sehat
dan bahagia, baik lahiriah maupun batiniah, berdasarkan rukun Islam yang enam.
Pribadi muwahid adalah tujuan tertingginya
2)
Bimbingan ibadah adalah bidang layanan yang
membantu klien dalam mengembangkan hubungan dan pengabdiannya kepada Allah
melalui amal ibadah agar menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan
perintah-perintah-Nya dan taat dalam menjauhi larangan-larangan-Nya. Pembentukan
manusia abid (ahli ibadah) adalah tujuan tertinggi dari pelayanan bimbingan
ibadah
3)
Bimbingan akhlak adalah bidang pelayanan yang
membantu konseli dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga
memiliki akhlak mahmuda dan jauh dari akhlak mazmumah. Tujuan yang hendak
dicapai oleh bidang bimbingan ini pribadi mulia.Khuluq’azhim atau makarim
al akhlaq dalam bahasa al-Qur’an dan hadits.
4)
Bimbingan muamalah adalah bidang pelayanan yang
membantu klien dalam membina dan mengembangkan hubungan yang selaras, serasi
dan seimbang dengan sesama manusia dan makhluk, sehingga memiliki keharmonisan
dalam kehidupan beragama.
Kegiatan bimbingan dan konseling
Islami hendaklah meliputi keempat bidang pelayanan bimbingan dan konseling
agama tersebut. Dengan berjalannya keempat bidang bimbigan dan konseling Islami
tersebut, maka masalah penyimpangan seksual remaja dapat diatasi sedini
mungkin.
JENIS-JENIS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI
Berbagai jenis layanan perlu
dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik (klien). Suatu kegiatan dalam
bimbingan dan konseling di sebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan
melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien). Dan secara langsung
berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh
sasaran layanan itu. Serta dampak positif layanan yang dimaksudkan diharapkan
dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran yang mendapatkan layanan tersebut.
Dalam hal ini tujuh jenis layanan agama menjadi jenis-jenis pelayanan bimbingan
dan konseling Islami, yaitu layanan orientasi agama, layanan informasi agama,
layanan penempatan dan penyaluran bakat keberagamaan, layanan bimbingan
pembelajaran/pengajian agama, layanan konseling agama perorangan, layanan
bimbingan agama kelompok, dan layanan konseling agama kelompok yang bentuk dan
jenis layanannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Layanan Orientasi Agama; Layanan yang memungkinkan
umat mengenal dan memahami lingkungan keberagamaannya dari orang-orang yang
dapat memberikan pengaruh agama untuk mempermudah orang berperan dilingkungan
hidup keberagamaan yang baru dimasukinya. Misalnya orang yang akan masuk
Islam. Sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat, adalah sangat hikmat dan
bijaksana, kalau diperkenalkan lebih dahulu makna dan hakikatnya dua kalimat
syahadat yang diucapkan itu. Dengan cara demikian diharapkan orang terjauh dari
sifat keterpaksaan dalam menganut agama, dengan demikian orang mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan keberagamaannya. Dan menjadikan agama
sebagai kebutuhan jiwa dan sumber kebahagiaan hidup. Disamping materi akidah
yang dapat di angkat melalui orientasi agama, materi ibadah, akhlak dan
muamalah bisa pula di angkat.
2)
Layanan Informasi Agama. Jenis layanan yang
memungkinkan umat atau orang yang beragama menerima dan memahami informasi
keberagamaannya dari sumber yang layak dipercaya untuk dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan amal-amal keagamaan dalam mengambil
keputusan dan pertimbangan bagi penentuan sikap dan tingkah laku keberagamaan. Layanan
informasi agama bertujuan membekali umat dengan berbagai hal yang sangat
berguna bagi kehidupan ini.
3)
Layanan Penempatan dan
Penyaluran Bakat Keberagamaan. Layanan
yang memungkinkan umat beragama memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
dan benar dalam pengembangan hidup keberagamaan sesuai dengan potensi, minat,
bakat, situasi, dan kondisi pribadi manusia beragama yang bersangkutan.
4)
Layanan Bimbingan
Pembelajaran/Pengajian Agama. Layanan
yang memungkinkan orang beragama mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
agama yang baik, materi pengajian agama yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajar agama, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar agama
lainnya yang berguna bagi kehidupan keberagamaan.
5)
Layanan Konseling Agama
Perorangan. Layanan yang
memungkinkan orang beragama mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan
konselor agama dalam rangka pengentasan permasalahan agama yang di hadapi
klien. Permasalahan keberagamaan yang dapat dilayani melalui konseling agama
perorangan ini meliputi semua aspek keagamaan. Konselor agama melayani klien
secara individual.
6)
Layanan Bimbingan Agama Kelompok/. Layanan yang
memungkinkan sejumlah (sekelompok) orang yang beragama memperoleh kesempatan
bagi pembahasan dan pengentasan masalah keberagamaan yang mereka alami
masing-masing melalui suasana dan dinamika kelompok.
7)
Layanan Konseling Agama Kelompok. Layanan yang
dimaksudkan untuk memungkinkan sejumlah orang yang beragama secara berjamaah
memperoleh bahan dan informasi dari nara sumber tertentu tentang masalah hidup
keberagamaan mereka yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan
sikap dan tingkah laku keberagamaan.
Untuk memperkaya wawasan tentang jenis layanan bimbingan dan konseling
Islami ini, di antara jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah
yang bersumber dari buku-buku umum, yaitu dalam buku “Seri Pemandu”
(Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah) Buku I karangan Prof. Dr.
Prayitno, M.Sc. Ed., dkk., di antara layanan itu adalah ;
a.
Layanan orientasi.
Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memahami lingkungan yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
b.
Layanan informasi.Layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan
memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
c.
Layanan penempatan dan
penyaluran. Layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran
yang tepat, sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya
d.
Layanan pembelajaran. Layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
e.
Layanan konseling
perorangan. Layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatlan layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
f.
Layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru
pembimbing) membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk
perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g.
Layanan konseling kelompok. Layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami
oleh masing-masing anggota kelompok.
F. Ajaran Islam
yang Berkaitan dengan Bimbingan Konseling
Berbicara tentang agama terhadap kehidupan manusia
memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas
para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki
dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia
keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini:
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali
mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya
mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”.
(Al-Ashr :1-3)
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi
bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus
memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan
kehidupan yang sebenarnya.
“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada
diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?” Jawablah
:”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang
bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada
jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada
manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri
sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang
itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama
tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi
Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan
ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance)
dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses
bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi
manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada
ayat-ayat berikut :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam
keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang
serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)
“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan
yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: ”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf
:172)
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (An Nahl:125)
Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan
tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
yang terdekat” (As-Syu’ara:214)
Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan
dengan arah perkembangan anak diantaranya :
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci.
Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi”
(HR Baihaqi)
“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik
atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi
pekertinya” (HR Ibnu Majah)
Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan
konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan
potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa
tipe konseling berikut ini :
1. Konseling
krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat
kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat
adiktif.
2. Konseling
fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman
diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir,
akademik, dan pergaulan social.
3. Konseling
preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi
dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya.
4. Konseling
developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti
pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan
perkembangan akademik.
Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan
(helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan
luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus
diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan
perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi
dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan
kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)
G. Pendekatan Islami
dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan
aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi
pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan
konseli dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid
pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk
melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini
baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi
muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1) Selalu memiliki
Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2) Memiliki Prinsip Kepercayaan,
yaitu beriman kepada Malaikat.
3) Memiliki Prinsip
Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4) Selalu memiliki
Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
5) Memiliki Prinsip
Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6) Memiliki Prinsip
Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun
Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan konseli
kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor
perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan
konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat
Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol
kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan
pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “Puasa”. Prinsip dan
langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan
menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul
Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan
kepercayaan bagi konseli yang melakukan bimbingan dan konseling.
“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang
menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta
melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran :
104)
Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa
pelaksanaan bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan
dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari
Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat
Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang
berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki
kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau
hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau
mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas
bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh
karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman
Allah SWT :
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah
(tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut
naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang
lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)
Pada diri konseli juga ada benih-benih agama,
sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian
pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamanya,
dalam hal ini Agama Islam. Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi),
diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling
ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi),
sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan,
diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama
Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana
filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses
pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa
kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT
Daftar Pustaka
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004.Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana.
Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling
dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ. Jakarta : Penerbit Arga.
Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan
Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.
Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental.
Jakarta : Toko Gunung Agung.
Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami.
Jakarta : Bulan Bintang