BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,
keamanan, kwalitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi. Para pemimpin juga memainkan paranan kritis dalam membantu
kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian
timbul pertanyaan yang membuat seorang pemimpinan effektif? Apa Hampir semua
orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa pemimpin yang effektif
mempunyai sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan.
Kemampuan den
ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting effektifitas
manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang
berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin
efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku
dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas
personalis dalam organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Arti Kepemimpinan dan
Manajemen Yang Fungsi Melaksanakan
·
Kepemimpinan
Dalam praktek
sehari-hari, seoring diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal
macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin kedua adalah orang yang tugasnya
memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus
dimiliki seorang pemimpin.
Setiap orang
mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan peningkatan pengetahuan
oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan
membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan
dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini
kebanyakan para ahli beranggapan bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat
kepemimpinannya dalam tingkat tertentu.
Kepemimpinan
adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu
atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan jalan
menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat dalam
membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara pemimpin
dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati
bersama.
Seseorang
pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut
melayani dia.Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan
organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya. Dari batasan
kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang dikatakan pemimpin
apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dalam
organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok
anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga tingkatan tersebut
adalah :
a. Manager puncak (Top Manager)
b. Manajer menengah (Middle
manager)
c. Manajer bawahan (Lower
managor/suvervisor)
Seorang
pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun
keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang
tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan
dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang
bersifat operasional. Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam
organisasi maka semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas
yang dijalankan adalah aktivitas bersifat konsepsional. Dengan perkataan lain
semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam organisasi maka semakin
dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan
makro. Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang
dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin rendah kedudukan
seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist. Dari uraian di atas
jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitaspemimpin yang lebih rendah.
B. Kepemimpinan Formal dan
Kepemimpinan Informal
Dalam setiap
organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan
formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal melahirkan organisasi
informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang resmi yang ada pada
diangkat dalam jabatan kepemimpinan. Polo kepemimpinan tersebut terlihat pada
berbagai ketentuan yang mengatur hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan
formal tidak secara otomatis merupakan jaminan akan diterima menjadi
kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh bawahan. Penerimaan atas pimpinan
formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat dalam
kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus menjadi
kepemimpinan nyata.
Kepemimpinan
formal sering juga disebut dengan istilah headship. Kepemimpinan formal
tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada
struktur organisasi. Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan
nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya
kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kemampuan
"memikat" hati orang lain.
2. Kemampuan dalam membina
hubungan yang serasi dengan orang lain.
3. Penguasaan atas makna
tujuan organisasi yang hendak dicapai.
4. Penguasaan tentang
implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional.
5. Pemilihan atas keahlian
tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain.
Telah
dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa adanya pihak yang dipimpin. Pemimpin
timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela
menjadi pengikut. Pemimpin sejati mencapai status mereka karena pengakuan
sukarela dari pihak yang dipimpin. Seorang pemimpin harus mencapai serta
mampertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka
seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak
secara otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Di bawah ini
akan dikemukakan perbedaan antara pemimpinan dengan non pemimpin.
Pemimpin:
1. Memberikan inspirasi
kepada bawahan
2. Menyelesaikan pekerjaan
dan mengembangkan bawahan
3. Memberikan contoh
kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan
4. Menerima
kewajiban-kewajiban
5. Memperbaiki segala
kesalahan atau kekeliruan.
Non Pemimpinan :
1. Memberikan dorongan
kepada bawahan
2. Menyelesaikan pekerjaan
dan mongorbankan bawahan
3. Menanamkan perasaan
takut pada bawahan dan memberikan ancaman.
4. Melimpahkan kewajiban
kepada orang lain.
5. Melimpahkan kesalahan
kepada orang lain dengan apabila terdapat kekeliruan atau
penyimpangan-penyimpangan.
C. Teori Kepemimpinan dan
Tipe-tipe Kepemimpinan
Beberapa teori telah dikemukakan
para ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda
dengan teori yang lainnya. Di antara berbagai teori mengenai lahirnya
paling pemimpin ada tiga di antaranya yang paling menonjol yaitu sebagai
berikut :
a. Teori
Genetie
Inti dari
teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made".
bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia
telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan
pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu.
Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
b. Teori
Sosial
Jika teori
genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganut-penganut
sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not born".
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
c. Teori
Ekologis
Teori ini
merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial.
Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur
dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini
menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan
dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun
demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk
dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Pada umumnya
para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type
utama yaitu sebagai berikut :
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin militoristis
3. Tipe pemimpin paternalistis
4. Tipe pemimpin karismatis
5. Tipe pomimpin demokratis
A. Tipe
pemimpin Otokratis
Tipe pemimpin
ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini
adalah sebagai berikut :
1. Menganggap
bahwa organisasi adalah milik pribadi
2. Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
3. Menganggap
bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
4. Tidak
mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap
dialah yang paling benar.
5. Selalu
bergantung pada kekuasaan formal
6. Dalam
menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung
unsur paksaan dan ancaman.
Dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini
tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
B. Tipe
kepemimpinan militeristis
Perlu
diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin
tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer.
Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam
menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan
digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam
menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c. Sonang
kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut
disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak
mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin
seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
C. Tipe
pemimpin fathernalistis
Tipe
kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal
atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan
dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang
dilakukan sifat terlalu sentimentil. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin
paternalistis dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
2. Bersikap
terlalu melindungi bawahan
3. Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu
jarang dan pelimpahan wewenang.
4. Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisiatif daya
kreasi.
5. Sering
menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui
bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan
tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis
kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
D. Tipe
kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini
para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini
mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang
sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi
pengikut pemimpin seperti ini,pengetahuan tentang faktor penyebab Karena
kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers),
perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan
sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
E. Tipe
Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe
kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe
kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan
ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan
individu. Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai
berikut:
1. Dalam
proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu
berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
3. Senang
menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir
bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar
jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif
dan prakarsa dari bawahan.
5. Lebih
menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8. Dan
sebagainya.
Dari
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa
tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis. Syarat-syarat pemimpin yang baik Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai pemirnpin
adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi
dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui
pendidikan pengalaman kerja. Pengambangan kemampuan itu adalah suatu proses
yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin
memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan. Walaupun belum ada kesatuan
pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang
terpenting adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan
umum yang luas.
b. Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c. Kemampuan
berkembang secara mental
d. Ingin
tahu
e. Kemampuan
analistis
f. Memiliki
daya ingat yang kuat
g. Mempunyai
kapasitas integratif
h. Keterampilan
berkomunikasi
i.
Keterampilan mendidik
j.
Personalitas dan objektivitas
k. Pragmatismo
l.
Mempunyai naluri untuk prioritas
m. Sederhana
n. Berani
o. Tegas
dan sebagainya.
D. Peranan Staf Dalam Proses
Manajemen
Telah
dikemukakan bahwa dalam organisasi bentuk lini dan staf ada dua kelompok tenaga
kerja. Kelompok pertama adalah mereka yang tugas utamanya bersifat
menterjemahkan tugas pokok menjadi aktivitas, sedang di pihak lain terdapat
mereka yang tugasnya melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya roda
organisasi dan mekanisme kerjasama yang harmonise baik secara kwantitatif
maupun kualitatif kedua kelompok ini mempunyai peranan penting dalam
merealisasi tujuan organisasi.Secara efektif dan efisien. Sepintas lalu kelihatan
seolah-olah karyawan lini lebih penting karena tugas meraka yang utama melaksanakan
aktivitas penting untuk moraalisasi tujuan. Malah dianggap kadang-kadang bahwa
tanpa karyawan. Staf tujuan dapat juga direalisasi, pandangan ini terutama
dalam organisasi modern kurang tepat, walaupun sifat aktivitas karyawan staf
nya penunjang kegiatan yang dilakukan olah karyawan lini akan tetapi peranan mereka
dalam menciptakan efektivitas dan efisiensi sangat penting. Dengan bantuan
karyawan staf organisasi dapat mendayagunakan resources yang dimiliki perusahaan
secara optimum karena mereka dapat melihat berbagai kemungkinan, pendidikan dan
pengalaman mereka memungkinkan memilih kesempatan yang terbaik. Pembahasan
tentang pentingnya peranan staf dalam proses manajemen berarti tidak saja
menbahas pentingnya kegiatan-kegiatan penunjang terlaksana dengan efisien
dan ekonomis, akan tetapi juga membahas pentingnya paranan karyawan staf dalam
membantu manajemen members dalam mengambil keputusan. Sering kurang disadari
bahwa tugas utama dari seorang pemimpin adalah
mengambil keputusan. Segala
sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknyaadalah karena diputuskan
demikian bukan karena secara kebetulan terjadi. Dengan pengambilan keputusan
yang tepat maka segala pendadakan-pendadakan dapat dihindarkan atau
dikurangi. Keputusan-koputusan yang diambil oleh berbagai eselon pemimpin dalam
organisasi tentu mempunyai bobot yang berbeda-beda pule. Semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam organisasi maka semakin besar keputusan yang diambilnya
meskipun sering bobot dari keputusan tersebut bersifat umum dan kwalitatif. Top
manajemen dalam organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengambil
keputusan yang bersifat menyeluruh dalam arti bahwa keputusannya akan mempunyai
implikasi yang luas terhadap seluruh organisasi. Lower manajemen biasanya
membuat keputusan-keputusan yang terbatas kepada unit organisasi yang
dipimpinnya. Dan sifat keputusannya lebih mudah diterjemahkan kepada
bentuk yang bersifat kuantitatif. Setiap keputusan yang diambil baik di tingkat
top middle maupun lower manager seperti supervisor ada beberapa syarat yaitu
sebagai berikut :
a. Keputusan
yang diambil harus mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan
b. Keputusan
harus tepat dalam arti mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
organisasi.
c. Keputusan
harus carat karena keputusan yang dapat mengakibatkan tidak dimanfaatkannya
lambat kesempatan-kesempatan yang terbaik, yang terbuka untuk organisasi.
d. Keputusan
harus praktis, dalam arti dapat dilakukan sesuai dangan kekuatan-kekuatan yang
dimiliki organisasi.
e. Keputusan
yang diambil harus regional dalam pengertian dapat diterima oleh akal sehat
dari para pelaksana.
Dari uraian di
atas dapat diketahui bahwa keputusan yang diambil belum tentu menyenangkan
semua orang yang ikut serta dalam organisasi. Dapat dikatakan bahwa keputusan
yang menyenangkan samua pihak tentu mempercepat proses pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa keputusan yang menyenangkan samua pihak
belum tentu mempercepat proses pencapaian tujuan yang telah ditatapkan.
Tugas-tugas
yang dapat diberikan kapada karyawan staf antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan
data (fakta)
2. Mengintorarasikan
data (fakta)
3. Mengusulkan
alternatif tindakan
4. Mendiskusikan
rencana-rencana yang sedang dipikirkan dengan berbagai hak dan memperoleh
kesepakatan mereka atau memperoleh alasan mengapa rencana tersebut ditolak.
5. Mempersiapkan
instruksi-instruksi tertulis dan dokumon-dokumen lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merupakan realisasi daripada
rencana yang telah ditetapkan.
6. Mengamati
kegiatan-kegiatan oporasional dan kondisi kondisi yang dihadapi untuk
rnengadakan apakah struksi-instruksi telah dijalankan dengan baik dan
apakah instruksi tersebut menghambat atau mempelancar proses pencapaian tujuan.
7. Mengusahakan
pertukaran informasi antara para petugas-petugas oporasional mongenai
pelaksanaan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan koordinasi.
8. Meberikan
infrmasi da nasehat kepada petugas-petugas oporasional mengenai pelaksanaan
tugas–tugas yang telah didelegasikan kepada mereka. Dari peranan staf
sebagaimana telah dikemukakan dapat diketahui bahwa staf adalah hal yang
diinginkan apabila :
a. Keterbatasan
kemampuan pimpinan untuk melaksanakan tugas-tugas secara baik. Keterbatasan ini
melingkupi ketarbatasan waktu, energi, pengetahuan, perhatian, pandangan dan
sebagainya.
b. Tugas-tugas
yang harus dijalankan belum dapat didelagasikan kepada bawahan karena bawahan
belum mempunyai kemampuan secara efektif dan efisien lebih tepat wewenang
tersebut diberikan kepada spesialist. dan sebagainya. Walaupun penggunaan staf
dapat membantu terlaksananya pencapaian tujuan secara efektif dan akan tetapi
parlu diingat bahwa pemakaian efisien,tenaga staf mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menambah
biaya adrninistrasi
2. Dapat
menimbulkan kebingungan bahagian operasional karena sering mereka menerima
instruksi dua atasan yaitu lini dan atasan fungsionil.
3. Menambah
kompleks hubungan kerja dalam organisasi.
4. Staf
biasanya terdiri dari tenaga spesialist.Karena itu pertimbangan dan nasehat-nasehat
mereka dipandang dari pencapaian tujuan organisasi kurang terpadu.
5. Keputusan
yang harus diambil biasanya menjadi lambat.
6. Dan
sebagainya.
E. Pelimpahan Wewenang
(Delegation of Authority)
Wewenang
(authority) merupakan kunci daripada pekerjaan seorang manajer. Arti sebenarnya
dari seorang manajer dalam sebuah organisasi dan hubungannya dengan orang lain
pada organisasi tersebut terlihat pada wewenang yang dimilikinya. Yang mengikat
bahagian-bahagian daripada suatu struktur organisasi adalah hubungan wewenang.
Wewenang adalah
: Kekuasaan menggunakan sumbardaya untuk mencapai tujuan
organisasi. Wewenang bersumber
pada dua pendapat (approach) yaitu sebagai berikut :
a.
Institutional approach
Di sini status
daripada yang melaksanakan aktivitas manajemen didasarkan atas kekuasan yang
berkaitan dengan hak milik. Kekuasaan tersebut kemudian didelegasikan/dilimpahkan
kapada si manajer. Jadi wewenang dari si manajer berasal dari hak untuk
menggunakan harta si pemilik kearah yang telah ditetapkan oleh si pemilik.
b.
Subordinate acceptance approach
Seorang manajer
tidak mempunyai wewenang sebelum wewenang tersebut diberikan olah bawahan
kepadanya. Pendekatan ini merupakan bagian daripada apa yang dalam manajemen
dikatakan bottom up management. Bawahan memberikan wewenang kepada si manajer
mempunyai kelebihan daripada bawahan umpamanya keahlian tehnik, human relation
dan sebagainya. Jangan dilupakan bahwa aktivitas tidak dapat di paksakan kepada
bawahan dengan mengabaikan kapasitas mental dan phisik dari bawahan. Disamping
itu juga wewenang harus disesuaikan dengan rencana-rencana organisasi dan paham
sosial yang berlaku seperti kebiasaan, keyakinan dan sebagainya. Pelimpahan
wewenang mempunyai tiga unsur,yaitu:
a.
Wewenang (authority)
b.
Tanggung jawab (responsibility)
c.
Pertanggung jawaban (accountability)
Wewenang yang
telah didelegasikan/dilimpahkan kepada bawahan berarti si bawahan telah
mempunyai wewenang dan sekaligus tanggung jawab dan pertanggung jawaban
terhadap hasil dari pendelegasian/pelimpahan daripada wewenang tersebut. Perlu
diingat bahwa walaupun si manajer telah melimpahkan wewenang akan tetapi
wewenang tersebut tepat berada pada si manajer karena pertanggung ada pada
simanajer. Bertambah ke bawah dari jawaban piramida organisasi maka wewenang bertambah
kecil, dan sebaliknya bertambah ke atas dari dasar piramida organisasi
pertanggung jawaban bertambah besar. Yang dapat didelegasikan/dilimpahkan
adalah wewenang bukan tanggung jawab. Jelaslah bahwa dalam sebuah organisasi
selalu harus terdapat pendelegasian wewenang. Hal ini terutama disebabkan
karena beberapa pembatasan dari si manajer sendiri dalam melaksanakan
aktivitas. Pembatasan tersebut melingkupi :
a. Span
of time. Terbatasnya waktu seseorang manajer untuk mengerjakan dan mengawasi sebuah
aktivitas.
b. Span
of atention. Terbatasnya perhatian seorang manajer terhadap sebuah aktivitas.Otak
seorang manajer tidak akan tetap kapasitasnya dalam memikirkan beberapa
aktivitas dalam waktu tertentu.
c. Span
of personality and energy.Terbatasnya kepribadian dan tenaga seorang manajer
untuk memimpin sejumlah bawahan dengan ofektif dan juga untuk mempengaruhi
bawahan secara pribadi maupun kolektif.
d. Span
of knowledge. Terbatasnya seorang manajer untuk memimpin pengetahuan
bawahannya maupun pengetahuannya tentang sebuah aktivitas.
e. Span
of management. Terbasnya kemampuan seseorang untuk memimpin sejumlah bawahan.
Beberapa penulis mengemukakan sebenarnya jumlah bawahan yang dapat dipimpin
aleh seorang manajer.
Agar
pendelegasian wewenang dapat berjalan dengan lancar maka seorang manajer harus
mempunyai sikap sebagai berikut :
a.
Personal receiptiveness. Simanajer harus bersedia
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengemukakan gagasan dan pendapat-pendapatnya.
b.
Willingbess to let go. Manajer harus bersedia dan
sepenuh hati melepaskan ewenang kepada bawahannya.
c.
Wilingness to let other make mistake. Adalah kurang
bijaksana apabila seorang rnanajer yang telah mendelegasikan wewenangnya terus menerus
mengawasi bawahan yang telah menerima wewenang karena khawatir si bawahan
membuat kesalahan. Jika hal tersebut dilakukan oleh si manajer maka
pendelegasian wewenang tidak murni lagi.
d.
Wilingness to trust subordinate. Delegasi yang efektif
cenderung bahwa si manajer telah mempercayai bawahannya dan menganggap bawahannya
telah matang dan mampu melaksanakan aktivitas yang dipercayakan kepadanya.
e.
Wilingness to establish and exercise broad control. Manajer
harus bersedia melatih dan mengawasi bawahannya secara luas. Dengan demikian
pemberian pendidikan dalam bentuk latihan dan sistem pengawasan dapat
dipergunakan sebagai alat untuk melaksanakan pendelegasian wewenang yang
efektif.
Walaupun pendelegasian
wewenang merupakan hal yang amat perlu pada sebuah organisasi akan tetapi
sering terjadi bawah seorang manajer tidak bersedia melaksanakannya. Hal ini
disebabkan karena :
a. Rintangan
psychologis :
1. Sering
si manajer menganggap bahwa ia adalah manusia super yang tidak dapat diganti
.Tanpa dia organisasi akan macet.
2. Kadang-kadang
manajer berhasrat mendominasi segala aktivitas perusahaan. Jadi si
manajer ingin berkuasa.
3. Si
manajer tidak bersedia menanggung resiko si bawahan menbuat kesalahan.
4. Perasaan takut si manajer bahwa dengan
mendelegasikan wewenang, akan ternyata bahwa bawahan lebih mampu dari dia.
b. Rintangan
organisatoris :
1. Sulit
membuat batas tentang tanggung jawab.
2. Si
manajer kadang-kadang kurang mengetahui sampai dimana perlu delegasi wewenang
dilaksanakan.
BAB III
K E S I M P U L A N
Kepemimpinan
adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu
atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai
pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan
sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam
organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara
konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
organisasi maka ia akan semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan
seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Teori generis,
teori sosial dan teori okologis adalah teori yang mengemukakan
lahirnya/timbulnya seorang pemimpin, sedangkan tipe-tipe kepemimpinan dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu tipe otokratis, militeristis,
paternalistis, karismatis dan tipe demokratis.
Tugas utama
dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi
dalam organisasi sebaiknya adalah karena diputuskan demikian, bukan
karena secara kebetulan terjadi. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
organisasi maka semakin besar bobot dari keputusan yang diambilnya meskipun
sering ke putusan tersebut bersifat umum dan kwalitatif.
Dalam sebuah
organisasi harus selalu terdapat pendelegasian wewenang. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan-keterbatasan dari manajer dalam melaksanakan tugasnya.
By : Ilhamda Rizki
(adnanalhusna@gmail.com)